Mochtar Lubis Ungkap 6 Sifat Buruk Orang Indonesia, Berani Baca?

ilustrasi orang Indonesia (Freepik.com - almuhatada.org)

Almuhtada.com – Beranikah kita bercermin pada sebuah kenyataan pahit tentang diri kita sendiri?, Mochtar Lubis,seorang sastrawan dan jurnalis yang sangat terkemuka,pernah mengungkakan enam sifat buruk yang menurutnya melekat pada diri orang Indonesia, kritik tajam dari seorang Mochtar Lubis bukan hanya sekedar omong kosong, tetapi kritik Mochtar Lubis  tersebut merupakan hasil pengamatannya yang sangat mendalam terhadap karakter bangsa,hal tersebut terbukti bahwa padangan Mochtar Lubis tersebut masih relevan sampai dengan hari ini

Apakah kita masih memiliki sifat-sifat yang dikemukakan oleh Mochtar Lubis hingga kini? Atau justru semakin parah? Simak dan renungkan—tapi hati-hati, kebenaran sering kali tidak nyaman untuk diterima!”

  1. Munafik

Sifat kemunafikan sering kali muncul dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Banyak orang yang dengan lantang mengutuk korupsi, mengecam aksi  para pejabat yang menyalahgunakan kekuasaan, bahkan ada yang menyerukan hukuman mati bagi para koruptor. Namun, ironisnya, sebagian dari mereka sendiri mungkin terlibat dalam praktik-praktik koruptif dalam kehidupan sehari-hari, meski dalam bentuk yang lebih kecil dan sering kali dianggap wajar.

Contoh paling konkrit yang sering terjadi dalam masyarakat adalah ketika ada truk bermuatan jeruk yang terguling di jalan, bukannya membantu atau setidaknya membiarkan pemilik barang mengurusnya, sebagian masyarakat justru mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Mereka tanpa ragu menjarah jeruk-jeruk yang berserakan, seolah-olah itu bukan tindakan yang salah. Padahal, perbuatan ini juga termasuk bentuk ketidakjujuran dan penyalahgunaan kesempatan, prinsip ini juga merupkana prinsip yang sama yang dilakukan oleh para koruptor dalam skala yang lebih besar.

Baca Juga:  Peran Politik Perempuan dalam Sejarah Peradaban Islam

Hal ini menunjukkan bahwa korupsi bukan hanya masalah pejabat atau elite penguasa, tetapi juga mencerminkan mentalitas yang telah tertanam di berbagai lapisan masyarakat.

  1. Tidak Mau Bertanggung Jawab

Ketika dihadapkan pada kesalahan atau kegagalan, banyak orang Indonesia cenderung menghindari tanggung jawab dan justru melemparkannya kepada orang lain. Ungkapan seperti “Bukan saya, bukan saya” sering kali terdengar sebagai bentuk pembelaan diri. Namun, menariknya, jika situasinya berbalik—ada keberhasilan atau kesuksesan yang bisa dibanggakan—mereka dengan cepat mengklaimnya dengan lantang, “Itu saya!”

Budaya mencari kambing hitam ini sudah seperti pola yang melekat dalam kehidupan sosial, terutama dalam dunia kerja dan politik. Di lingkungan kerja, ketika terjadi masalah dalam suatu proyek, tidak jarang anggota tim saling menyalahkan daripada berani mengakui kesalahan dan mencari solusi bersama.

Sementara itu, di dunia politik, para pemimpin jarang sekali secara terbuka mengakui kekeliruan mereka. Alih-alih bertanggung jawab, mereka lebih sering mencari pihak lain yang bisa disalahkan, entah itu bawahan, kebijakan pemerintahan sebelumnya, atau bahkan masyarakat sendiri.

Sikap seperti ini bukan hanya merugikan individu, tetapi juga memperlambat kemajuan bangsa. Tanpa adanya budaya introspeksi dan tanggung jawab, kita akan terus terjebak dalam siklus yang sama—sulit belajar dari kesalahan dan terus mengulang pola yang keliru. Jika ingin maju, sudah saatnya kita berani berkata, “Ya, saya salah, dan saya akan memperbaikinya.”

  1. Berjiwa Feodal
Baca Juga:  Penyimpangan Agama Islam yang Terjadi di Indonesia

Sistem feodalisme masih berakar kuat dalam masyarakat Indonesia. Jabatan dan posisi penting sering kali tidak diberikan berdasarkan kompetensi atau meritokrasi, melainkan berdasarkan hubungan keluarga, koneksi politik, atau kedekatan personal. Hal ini menyebabkan ketidakadilan dalam berbagai sektor, di mana mereka yang lebih kompeten justru sering terpinggirkan hanya karena tidak memiliki “orang dalam.”

  1. Percaya Takhayul

Masyarakat Indonesia masih sangat percaya terhadap hal-hal yang bersifat mistis dan takhayul. Misalnya, banyak yang meyakini bahwa penyakit tertentu disebabkan oleh santet atau gangguan makhluk halus, sehingga mereka lebih memilih pengobatan alternatif seperti air rukyah atau jampi-jampi daripada berkonsultasi dengan tenaga medis profesional. Kepercayaan terhadap mitos dan praktik supranatural ini masih kuat, bahkan di era modern seperti sekarang.

  1. Berjiwa Artistik

Di balik berbagai kekurangannya, manusia Indonesia memiliki kepekaan dan kreativitas tinggi dalam bidang seni dan budaya. Hal ini dapat dilihat dari beragamnya seni tradisional, musik, tari, hingga inovasi dalam seni kontemporer. Kreativitas ini juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari, di mana masyarakat mampu menciptakan berbagai hal unik dengan keterbatasan yang ada.

  1. Tidak Punya Pendirian

Sikap plin-plan atau mudah berubah haluan sering kali ditemukan dalam dunia politik dan sosial. Seseorang yang sebelumnya berada di barisan oposisi bisa dengan mudah berpindah haluan jika diberikan sedikit keuntungan atau imbalan. Prinsip dan idealisme sering kali dikorbankan demi kepentingan pribadi atau kelompok, sehingga banyak keputusan yang tidak konsisten dan mudah dipengaruhi oleh situasi. [] Juliana Setefani

Baca Juga:  Asal Usul Kampung Arab di Indonesia

Related Posts

Latest Post