almuhtada.org – Akhir-akhir ini kita melihat video yang bersliweran di media sosial. Ada sekumpulan anak SMA ditanya tentang negara yang ada di eropa. Namun salah satu dari mereka menjawab “Garut” sebagai negara eropa, Sungguh miris tentunya kalau kita lihat dari pendidikan yang sedang mereka tempuh yakni SMA.
Hal ini merupakan cerminan dari rusaknya kurikulum pendidikan kita yang mencoba untuk menerapkan system finlandia dimana siswa diberikan kebebasan untuk mengeksplor sendiri sumber belajar mereka. Namun yang terjadi justru sebalinya, Siswa ini malah tidak belajar dengan adanya system kebebasan pengambilan sumber belajar tersebut.
Namun, tentunya kita tidak hanya bisa menyalahkan kurikulum dari pendidikan di Indonesia. Disini muncul pertanyaan, siapa yang patut disalahkan atas terjadinya kondisi ini? Penulis akan mencoba memaparkan actor yang terlibat kedalam kondisi ini.
- Pemerintah (pembuat kurikulum)
Pemerintah selaku pemegang kekuasaan memiliki kuasa untuk melakukan perubahan terhadap kurikulum yang ada di Indonesia. Mereka yang menentukan system apa yang akan dipakai di Indonesia, bagaimana implementasinya, dan bagaimana system itu akan dijalankan. Namun tentunya pemerintah akan mengupayakan yang terbaik bagi warganya, tidak mungkin bagi pemerintah untuk menghancurkan negara mereka.
- Tenaga pengajar
Tenaga pengajar sebagai fasilitator dalam penyampaian materi yang diatur didalam kurikulum dapat juga terlibat didalam permasalahan ini, Tenaga pengajar memiliki peranan utama yakni menyampaikan apa yang terdapat didalam kurikulum. Tenaga pelajar juga memiliki keterlibatan dalam hal ini, entah itu dalam penyampaian materi atau dalam memberikan motivasi dalam belajar sehingga peserta didik tidak memiliki semangat untuk belajar
- Pelajar
Pelajar juga terlibat dalam kasus ini, sebagai aktor yang berperan sebagai orang yang mengatakan Garut adalah negara eropa. Pelajar yang tidak memiliki semangat belajar dan hanya menggunakan smartphone mereka dengan tujuan entertain semata sehingga hal sesederhana membedakan antara negara dan kabupaten pun tidak bisa mereka lakukan.
- Kurikulum itu sendiri
Kurikulum menjadi aktor utama yang memantik aktor-aktor yang lain sehingga hal ini dapat terjadi, tanpa adanya kurikulum tenaga pendidik tidak memiliki landasan dalam menyampaikan materi. Sehingga kurikulum ini memiliki pengaruh terhadap aktor-aktor lainnya
Dari keempat faktor tersebut apakah ada yang bisa sepenuhnya disalahkan?. Menurut penulis tidak ada yang bisa disalahkan sepenuhnya, Keempat aktor tadi masih memiliki peran ganda, yakni bisa saja disebut sebagai korban. Sebagai contoh pelajar bisa saja menjadi korban dari kurikulum yang tidak sempurna sehingga rasa ingin tahu mereka menjadi terhambat dan tidak berkembang, dan juga guru bisa saja dianggap sebagai korban dari kurikulum yang mengatur mereka dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Pada akhirnya kita seharusnya bersama-sama introspeksi diri karena hal ini berkaitan dengan visi besar negara Indonesia yakni Indonesia emas 2045 yang mana kita semua akan berperan didalam meraihnya. Dimana Indonesia diproyeksikan akan menjadi negara maju dan generasi-generasi muda sekaranglah yang akan menikmatinya, kita harus membersamai mereka dalam belajar dan berproses, kita sebagai warga negara bisa juga berperan dalam penentuan kebijakan public.
Maka dengan ini impian negara Indonesia dapat tercapai menjadi Indonesia emas 2045, dan generasi muda lah yang akan banyak berperan. [ MUHAMMAD NABIL HASAN]