almuhtada.org – Pernahkah kamu merasa hidup seperti tarik-ulur tanpa ada akhir? Saat sibuk bekerja, waktu untuk keluarga terasa kurang. Ketika fokus menjalankan ibadah, urusan dunia malah terabaikan. Atau ketika ingin me time, justru rasa bersalah mulai datang menghantui.
Sebenarnya, hidup itu memang perlu keseimbangan. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Berikanlah kepada semua yang berhak, hak mereka.” (HR. Bukhari). Artinya, hidup yang seimbang itu memberi hak kepada yang berhak, baik itu kepada Allah, diri sendiri, maupun orang-orang di sekitar kita.
Ada sebuah kisah dari sahabat Nabi yang menceritakan tentang Salman al-Farisi dan Abu Darda. Suatu hari, Salman melihat istri Abu Darda tampak lusuh dan kurang terurus. Saat ditanya, sang istri mengungkapkan bahwa suaminya terlalu sibuk beribadah hingga tak peduli lagi dengan urusan rumah tangga.
Merasa ada yang salah, Salman pun bertamu ke rumah Abu Darda. Saat waktu makan siang, Abu Darda menolak makan karena sedang puasa sunnah. Namun, Salman bersikeras, “Saya tidak akan makan kecuali kamu makan juga.” Akhirnya, Abu Darda membatalkan puasanya dan makan bersama Salman.
Pada saat malam harinya, Abu Darda ingin melakuakn sholat malam. Tapi, Salman ketika melihatnya menyuruh Abu Darda untuk tidur. Beberapa kali Abu Darda terbangun, beberapa kali pula Salman berkata, “Tidur dulu, bukan sekarang waktunya.” Baru saat memasuki waktu sepertiga malam terakhir, Salman berkata, “Sekarang waktunya kalau mau sholat malam.”
Pada pagi harinya, Salman menjelaskan kepada Abu Darda bahwa, “Rabbmu punya hak, dirimu punya hak, dan keluargamu juga punya hak. Berikan kepada semua yang berhak, hak mereka.” Abu Darda pun menceritakan kejadian itu kepada Nabi Muhammad SAW, dan Rasulullah berkata, “Salman benar.”
Dari sini kita bisa belajar bahwa hidup itu tentang proporsi. Tentang memberi hak kepada yang berhak tanpa berlebihan di satu sisi dan mengabaikan yang lain. Hidup seimbang bukan berarti membagi waktu secara sama rata, tapi memberi sesuai porsinya.
Hak Allah dipenuhi dengan menjalankan ibadah sesuai ketentuan seperti sholat wajib maupun sunnah, berpuasa, dan dzikir. Hak diri sendiri dijalankan dengan memberi walktu untuk istirahat yang cukup, menikmati hobi yang halal, dan juga menjaga kesehatan mental. Sedangkan Hak keluarga bisa diberikan dengan kasih sayang, waktu yang berkualitas, dan memberikan perhatian. Hak sosial pun bisa dilakukan dengan bersilaturahmi dan berbagi kebaikan kepada sesama.
Self-love dalam Islam pun bukan tentang egois maupun narsis, tapi memenuhi hak diri sendiri secara bijak. Jangan sampai demi memenuhi hak orang lain, kita menzalimi diri sendiri. Jangan pula demi memenuhi hak diri sendiri, kita menzalimi orang lain.
Jika mulai muncul keluhan atau protes dari orang-orang terdekat, mungkin ada hak yang belum kita penuhi. Saat itulah kita perlu muhasabah dan memperbaiki keseimbangan hidup kita.
Hidup seimbang bukan soal menjadwalkan segalanya dengan sempurna, tapi tentang kebijaksanaan dalam memberi hak kepada yang berhak. Seperti pesan Salman al-Farisi: “Rabbmu punya hak, dirimu punya hak, dan keluargamu juga punya hak. Berikan kepada semua yang berhak, hak mereka.” []Miftahudin
Editor : Juliana Setefani Usaini