Almuhtada.org – Dalam sejarah Islam, banyak sekali tokoh intelektual yang tidak hanya mempunyai ilmu yang tinggi, tetapi juga menunjukkan sikap kerendahan hati yang sangat luar biasa. Salah satu tokoh yang menginspirasi adalah Imam Abu Hanifah, seorang ulama besar dan pendiri salah satu madzhab fiqih
Imam abu Hanifah dikenal dengan memiliki Ilmu yang luas. Meskipun begitu, sosok Imam Abu Hanifah dikenal sebagai pribadi yang sangat rendah hati. Beliau sering mengatakan, “Aku tidak tahu,” ketika menghadapi pertanyaan yang berada di luar kemampuan atau kompetensinya. Sikap beliau mengajarkan kita untuk tidak bersikap sombong terhadap pengetahuan yang kita miliki. Sebagaimana dengan firman Allah swt. dalam Kitab Suci Al-Qur’an yang artinya, “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong…” (QS. Luqman: 18).
Imam Abu Hanifah juga dikenal sebagai seseorang yang menghormati murid-muridnya dan juga mengakui kelebihan setiap pribadi masing-masing muridnya. Beliau sering berdiskusi secara terbuka, bahkan tidak segan untuk senantiasa mengoreksi pendapatnya jika beliau terbukti salah. Hal ini mencerminkan bahwasanya ajaran Nabi Muhammad saw. yang bersabda, “Kesombongan adalah menolak kebenaran dan juga merendahkan orang lain” (HR. Muslim).
Sikap rendah hati ini membuat murid-muridnya tidak hanya menghormatinya hanya sebagai seorang guru saja, akan tetapi juga mencintainya sebagai seorang manusia yang memiliki karakter akhlak yang mulia. Dari sini, kita belajar bahwasanya ilmu yang kita miliki saat ini tidak hanya untuk menambah wawasan akan tetapi juga untuk meningkatkan akhlak pada diri kita masing-masing.
Kerendahan hati Imam Abu Hanifah tercermin dalam beliau menjalani kehidupan sehari-harinya. Beliau selalu mendahulukan kepentingan dan juga kebutuhan orang lain. Juga sering membantu mereka yang membutuhkan, tanpa adanya rasa mengharap imbalan. Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita semua bahwasanya, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain” (HR. Ahmad).
Imam Abu Hanifah juga menerapkan prinsip ini dalam setiap aspek kehidupnya sehari-hari. Beliau menunjukkan bahwa keilmuan sejati adalah yang pastinya bermanfaat bagi sesama dan orang lain. Perilaku mulia seperti ini menjadi teladan bagi umat Islam hingga kini.
Kerendahan hati yang dipadukan dengan kecerdasan membuat Imam Abu Hanifah mampu menjembatani berbagai perbedaan pendapat di kalangan ulama. Beliau selalu mengedepankan dialog dengan bahasa yang santun dan juga menjauhi perdebatan yang tidak bermanfaat. Allah berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” (QS. An-Nahl: 125). Sikap ini menunjukkan kepada kita semua bahwasanya intelektualitas sejati tidak hanya diukur dari kemampuan berargumen saja, akan tetapi juga dari cara kita bisa menghormati orang lain.
Jadi, dari kisah Imam Abu Hanifah mengajarkan kepada kita semua bahwasanya ilmu dan juga kerendahan hati adalah dua hal yang saling melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu tidak ada gunanya ilmu yang tinggi jika tidak dibarengi dengan akhlak yang baik dan juga mulia. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Ahmad). Inspirasi dari perjalanan hidup seorang Imam Abu Hanifah menjadi pengingat bagi kita semua untuk senantiasa terus belajar, akan tetapi juga tetap rendah hati dan bermanfaat bagi orang lain. [] Syukron Ma’mun
Editor: Nayla Syarifa