almuhtada.org – Abu Ubaidah bin Jarrah adalah sahabat Rasulullah yang mulia, beliau tidak hanya pandai berperang tapi juga sangat pandai dalam menjaga amanah. Sampai Rasulullah besabda, sahabat yang paling menjaga amanah adalah Abu Ubaidah bin Jarrah. Hingga, Rasulullah memberinya gelar Aminul Ummah, yakni kepercayaan umat. Nama aslinya adalah Amir bin Abdullah bin Jarrah bin Hilal al-Fihri al-Quraisy.
Dikisahkan ketika Rasulullah wafat, kaum Anshar langsung membuat ruang diskusi di Tsaqifah bani Sa’idah untuk menentukan pemimpin selanjutnya setelah Rasulullah. Kabar tersebut diketahui Abu bakar yang berada di rumah duka Rasulullah, akhirnya Abu Bakar pun pergi menyusul kaum Anshar bersama dua sahabatnya Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah.
Ketika berada di Tsaqifah, mereka sedikit berdebat, kemudian Abu Bakar langsung berkata, pilihlah pemimpin dari dua sahabat yang ada disebelah saya yakni Umar bin Khattab atau Abu Ubaidah bin Jarrah (sambil mengangkat tangan mereka). Abu Bakar tidak asal memilih kandidat sebagai pemimpin, ia tahu bahwa memang Abu Ubaidah dan Umar bin Khattab itu sangat cocok sebagai pemimpin.
Tapi setelah itu Umar langsung berkata tentang kemuliaan Abu Bakar karena sangat dekat dengan Rasulullah, Umar langsung menunjuk Abu Bakar menjadi pemimpin dan sahabat Anshar pun setuju dengan argumen Umar bin Khattab, akhirnya Abu Bakar pun menjadi khalifah setelah Rasulullah.
Dikisahkan juga ketika khalifah Umar bin Khattab mempersiapkan khalifah setelahnya, ia sangat bingung untuk memilih khalifah setelahnya. Utsman bin Affan keberatan menjadi khalifah karena ia tahu bahwa itu adalah beban yang sangat besar.
Umar berkata, seandainya Abu Ubaidah bin Jarrah masih hidup, maka aku akan langsung memilihnya untuk menjadi khalifah setelahku, akan tetapi Abu Ubaidah telah wafat Karena terkena wabah tho’un. seorang pemimpin untuk membutuh sifat amanah dan Abu Ubaidah itu sangat menjaga amanahnya, Rasulullah saja percaya kepada Abu Ubaidah, apalagi Umar bin Khattab.
Kita dapat menjadikan Abu Ubaidah sebagai teladan, bahwa pondasi utama dalam kepemimpinan adalah amanah. Beliau juga mencontohkan bahwa gelar Aminul Ummah itu tidak hanya di dapatkan dengan kata-kata saja tapi perlu tindakan dan integritas yang konsisten sepanjang hayat.
Abu Ubaidah wafat tahun 18 Hijriyah di usia 58 tahun karena wabah tho’un yang menular dan melanda di wilayah Syam kala itu. Beliau dimakamkan di Deir Alla, Yordania dan meninggalkan keteladan yang dikenang sampai saat ini, yakni Aminul Ummah. [Nabila Putri]











