almuhtada.org – Ada salah satu fase dalam hidup mahasiswa, ketika kita mulai mempertanyakan banyak hal.
Tentang arah hidup, masa depan, pilihan jurusan, hubungan dengan orang-orang, sampai hubungan kita dengan Allah.
Di kampus, semuanya bergerak cepat. Tugas menumpuk, sibuk organisasi, jadwal yang padat, dan kadang kita lupa bahwa dibalik sibuknya urusan dunia, ada iman kita yang mulai terpinggirkan .
Ironisnya, justru di usia dewasa awal, kita makin sering merasa kosong.
Kita jalan, beraktivitas, ketawa sana-sini, padahal dalam hati sering muncul rasa kosong, gelisah, atau hilang arah.
Pertanyaan-pertanyaan seperti “Aku mau jadi apa?”, “Kenapa aku ngerasa nggak cukup?”, sampai “Kenapa aku jauh dari Allah belakangan ini?” muncul begitu saja, biasanya pas kita sendirian atau saat merasa sangat lelah.
Di momen itu, kita sadar bahwa iman bukan cuma soal shalat, ngaji, atau ikut kajian.
Iman itu soal bagaimana kita bertahan ketika lelah mental, nilai turun, teman menjauh, ataupun ketika overthinking makin sering datang.
Iman itu tempat paling jujur buat kita pulang.
Allah tidak pernah minta kita datang dalam keadaan sempurna.
Bahkan jikalau kita datang dalam kondisi kacau pun, kita tetap diterima.
Di tengah kampus yang sibuk, kadang kita merasa jauh dari Allah.
Kita lihat teman-teman bisa hafalan sekian juz, ikut kajian rutin, atau rajin qiyamul lail.
Sedangkan kita? Shalat tepat waktu saja kadang kalah sama deadline.
Namun, justru di sinilah letak keindahannya, Allah tidak meminta semua orang untuk sempurna, Allah meminta kita untuk terus kembali kepada-Nya, walau selama ini kita sering lupa akan keberadaan-Nya.
Perjuangan menjaga iman di kampus itu bukan soal jadi yang paling alim, tetapi tetap berpegang teguh pada iman walau lingkungan kadang memaksa kita untuk melepaskan.
Soal menahan diri ketika semua orang bilang “ini kebebasan”, dan yang paling penting, tidak menyerah ketika kita sedang jatuh.
Allah tidak menuntut kita sempurna. Allah tahu kita masih belajar untuk terus tumbuh dan berkembang.
Allah hanya meminta kepada kita jangan berhenti kembali kepada-Nya. Sekecil apa pun usaha itu, Allah Maha melihat.
Buat kamu yang sedang berjuang diam-diam, yang merasa sendirian, yang ngerasa imannya naik turun kayak grafik, kamu nggak salah.
Kamu tidak gagal. Kamu manusia, dan Allah tidak pernah jauh dari kamu. Selama kamu terus kembali, sekecil apa pun langkahmu, kamu sudah berjalan ke arah yang benar.[] Siti Alawiya











