Ketika Amanah Tidak Disampaikan dengan Utuh

Ilustrasi seseorang yang mendapat amanah dari orang lain (canva- nortonrsx-almuhtada.org)

almuhtada.org – Dalam sebuah kepengurusan organisasi, setiap rapat evaluasi selalu memegang peran penting dalam menentukan arah perjalanan kerja ke depan.

Setiap catatan, masukan, dan kritik yang disampaikan bukan hanya menjadi bahan diskusi, melainkan juga menjadi dasar untuk memperbaiki kinerja seluruh divisi.

Karena itu, amanah yang dipercayakan kepada seseorang harus disampaikan dengan penuh tanggung jawab agar tidak ada pesan yang terputus dan tidak ada keputusan yang salah arah.

Pada sebuah rapat evaluasi, pernah terjadi situasi dimana seseorang tidak dapat menghadiri forum tertentu karena pada waktu yang sama ia harus menjalankan tanggung jawab di organisasi lain.

Ia kemudian menuliskan beberapa poin penting yang berisi evaluasi divisi dan harapan untuk keberlanjutan program kerja ke depan.

Catatan tersebut ia titipkan kepada rekan satu divisi dengan harapan amanah itu dapat diteruskan kepada forum secara utuh dan jelas.

Namun kenyataannya tidak berjalan sesuai harapan.

Rekan yang menerima amanah itu ternyata hanya menyampaikan sebagian kecil dari catatan tersebut.

Setelah menyelesaikan pemaparannya, ia meninggalkan forum tanpa memberikan penjelasan tambahan mengenai amanah yang masih harus disampaikan.

Catatan evaluasi yang seharusnya dipaparkan dalam forum malah diteruskan begitu saja ke dalam sebuah grup tanpa penjelasan asal-usul dan maksud isinya.

Akibatnya, anggota grup mengabaikan pesan tersebut karena tidak memahami konteksnya.

Peristiwa sederhana seperti ini sebenarnya memberikan pelajaran besar tentang arti pentingnya amanah.

Baca Juga:  Antara Pilihan dan Tanggung Jawab

Setiap pesan yang dititipkan bukan sekadar tulisan, melainkan tanggung jawab moral dan sosial yang harus dijaga.

Jika seseorang tidak mampu meneruskan amanah dengan baik dengan alasan keterbatasan waktu maupun kondisi lain, maka setidaknya ia perlu memberikan penjelasan yang lengkap agar pesan itu tidak kehilangan arah.

Amanah yang disampaikan setengah jalan dapat berdampak pada kesalahpahaman, bahkan bisa menghambat kinerja organisasi secara keseluruhan.

Allah Swt telah mengingatkan dalam firman-Nya:

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya. …” (QS. An-Nisa: 58)

Ayat ini mengajarkan bahwa menjaga amanah bukan hanya tentang menyerahkan sesuatu kepada penerimanya, tetapi juga memastikan bahwa amanah itu sampai dengan benar, tepat, dan tidak menimbulkan kebingungan.

Dalam organisasi, amanah bukan hanya soal jabatan, tetapi juga soal kepercayaan.

Ketika seseorang menerima amanah untuk menyampaikan evaluasi, ia memegang peran penting dalam memastikan seluruh divisi memperoleh informasi yang diperlukan.

Jika amanah itu tidak dijaga, forum evaluasi akan kehilangan poin penting yang seharusnya menjadi dasar perbaikan.

Peristiwa seperti ini seharusnya mengingatkan setiap pengurus organisasi bahwa amanah tidak boleh dianggap remeh.

Setiap pesan yang dititipkan membutuhkan kejelasan penyampaian.

Setiap tugas yang diberikan membutuhkan kesungguhan dalam menjalankan.

Setiap bentuk kepercayaan membutuhkan komitmen agar tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain.

Baca Juga:  Sholat Sambil Duduk karena Capek? Apakah Boleh?

Organisasi dapat tumbuh dengan baik ketika setiap anggotanya mampu menjaga kepercayaan itu.

Ketika amanah disampaikan dengan penuh tanggung jawab, forum akan berjalan lebih efektif, keputusan menjadi lebih tepat, dan hubungan antardivisi akan semakin kuat. [] Miftahudin

 

Related Posts

Latest Post