almuhtada.org – Dalam kehidupan yang serba cepat ini, banyak di antara kita yang tenggelam dalam rutinitas hingga lupa merenungi nikmat-nikmat yang Allah Swt. titipkan. Padahal, Allah Swt. telah menyediakan segala kebutuhan manusia mulai dari petunjuk hidup hingga sumber daya yang melimpah. Namun ironisnya, justru nikmat-nikmat paling mendasar sering tidak disadari nilainya.
Di antara sekian banyak karunia Allah Swt., ada dua nikmat yang kerap terabaikan yaitu nikmat sehat dan nikmat sempat (waktu luang). Hal ini telah diingatkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya:
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْـرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua nikmat, yang banyak manusia tertipu di dalamnya: nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Istilah al-maghbûn pada hadis ini merujuk pada orang yang mengalami kerugian dalam sebuah transaksi. Ia “rugi” karena modal yang besar yaitu waktu dan kesehatan tidak menghasilkan keuntungan berupa amal saleh. Dengan kata lain, seseorang yang menyia-nyiakan kesehatannya atau membuang waktu luangnya tanpa tujuan, sejatinya sedang menipu dirinya sendiri.
Para ulama memberikan penjelasan mendalam tentang makna ini.
Ibnu Baththal menegaskan bahwa siapa pun yang diberi kesehatan dan waktu luang seharusnya terdorong untuk memperbanyak amal. Menurutnya, bentuk syukur yang paling benar adalah melaksanakan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya. Ketika seseorang meninggalkan syukur berbasis amal ini, maka ia termasuk orang yang tertipu.
Sementara itu, Ibnu Al – Jauzi mengingatkan sisi psikologis bahwa ketika manusia dalam keadaan sehat dan memiliki waktu luang, justru rasa malas sering datang. Padahal, dunia ini adalah ladang untuk menanam amal akhirat. Orang yang menggunakan sehat dan waktunya untuk maksiat itulah orang yang paling rugi. Beliau juga mengingatkan bahwa setelah waktu luang akan datang kesibukan, dan setelah sehat akan datang sakit yang tidak menyenangkan.
Dari penjelasan para ulama tersebut, jelas bahwa nikmat sehat dan sempat bukan sekadar kondisi fisik atau waktu kosong belaka. Keduanya adalah modal berharga yang akan dipertanggungjawabkan. Sayangnya, manusia sering menyadari betapa berharganya dua nikmat tersebut setelah keduanya hilang, yaitu saat sakit datang atau ketika waktu dipenuhi kesibukan yang menyita tenaga dan pikiran. Karena itu, marilah kita menjadikan hadis ini sebagai pengingat untuk mengelola kesehatan dan waktu dengan lebih bijak. [Khariztma Nuril Qolbi Barlanti]











