almuhtada.org – Akhir-akhir ini, bencana alam terjadi di berbagai wilayah. Tanah longsor, banjir, dan gempa bumi datang lebih sering. Suhu udara di sekitar pemukiman menjadi tidak stabil dan cenderung panas. Hutan-hutan gundul akibat penebangan tanpa reboisasi, sementara polusi tak terhindarkan.
Dilansir dari SindoNews pada (A. S. Murti, 14 September 2025), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 24 bencana yang terjadi di Indonesia hanya dalam satu pekan. Semua ini merupakan tanda bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja, sebagai respons terhadap aktivitas makhluk yang hidup di dalamnya.
Allah Swt telah mengingatkan kita dengan sangat tegas bahwa kerusakan yang terjadi di darat maupun di laut bukanlah sesuatu yang hadir begitu saja, melainkan akibat ulah kita sebagai manusia. Allah berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 41 :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. Ar-Rum: 41)
Kita perlu menyadari bahwa sebagai khalifah di bumi, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestariannya. Allah memang memberikan hak kepada manusia untuk memanfaatkan seluruh ciptaan-Nya dengan optimal, tetapi bukan berarti manusia boleh menutup mata untuk merawat bumi sebagai bentuk timbal balik kita.
Bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, dan gunung meletus merupakan fenomena yang tidak bisa dikendalikan manusia. Sudah seyogyanya kita menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dan sepenuhnya bergantung kepada Allah Swt. Dengan mengintropeksi diri, apakah perilaku kita terhadap alam sudah baik? Jika belum, mari kita perbaiki bersama.
Beberapa doa yang bisa kita panjatkan agar terhindar dari bencana yaitu:
اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَدْمِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّيْ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْغَرَقِ وَالْحَرِيْقِ وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَمُوْتَ فِيْ سَبِيْلِكَ مُدْبِرًا وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَمُوْتَ لَدِيْغًا
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari tertimpa reruntuhan. Aku berlindung kepada-Mu dari jatuh dari tempat yang tinggi. Aku berlindung kepada-Mu dari tenagelam dan kebakaran. Aku berlindung kepada-Mu dari bujuk rayu setan ketika (menjelang) kematian (sakaratul maut). Aku berlindung kepada-Mu dari mati di jalan-Mu dalam keadaan melarikan diri. Dan aku berlindung kepada-Mu dari mati karena sengatan binatang.”
Dalam Hadits Abu Daud dan Tirmidzi dari Ustman bin Affan radhiyallahu’anhu, dirinya pernah mendengar Rasulullah SAW memanjatkan doa agar terhindar dari bahaya. Berikut bacaan doanya:
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang dengan sebab nama-Nya tidak ada sesuatu pun di bumi maupun di langit yang dapat membahayakan (mendatangkan mudharat). Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).”
Marilah kita senantiasa memohon perlindungan dari Allah agar tidak ditimpa marabahaya bencana. Semoga Allah Swt. mewafatkan kita nanti dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin. [ ] Nihayatur Rif’ah











