almuhtada.org – Pernah gak sih kamu membandingkan dirimu dengan orang lain? Merasa diri ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka. Hal itu termasuk hal yang wajar.
Meski begitu, jangan sampai kita terlalu larut dalam membandingkan, karena itu akan berdampak pada ketidakpercayaan diri.
Sebagian orang memiliki kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain. Itu termasuk hal yang wajar, karena manusia memiliki dorongan untuk mengevaluasi diri. Melalui perbandingan ini pula manusia dapat memastikan apakah diri ini sudah menjadi pribadi yang lebih baik atau belum. Meski di sisi lain membandingkan bukanlah hal satu-satunya untuk dilakukan.
Dalam Ilmu Psikologi, kecenderungan membandingkan diri dijelaskan dalam teori perbandingan sosial. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Leon Festinger pada tahun 1954. Menurutnya manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengevaluasi diri melalui kegiatan membandingkan diri dengan orang lain, baik itu dari segi kemampuan, karakteristik dan juga sikap.
Dilansir dari laman cxomedia.id ada dua jenis perbandingan sosial, yakni perbandingan ke atas (upward) dan ke bawah (downward). Perbandingan diri ke atas berarti membandingkan diri dengan orang lain yang kualitasnya lebih baik dari kita. Sedangkan perbandingan ke bawah berarti membandingkan diri dengan orang yang kualitasnya berada di bawah kita.
Perbandingan Diri ke Atas (Upward)
Perbandingan diri ke atas sering kali berawal dari keinginan diri sendiri untuk meningkatkan kualitas diri agar menjadi lebih baik lagi. Hal itu dilakukan agar kita dapat belajar dan terinspirasi dari kemampuan dan ketercapaian mereka atas suatu hal. Itu termasuk hal yang baik.
Namun, terkadang perbandingan tersebut dapat menimbulkan rasa ketidakpercayaan diri. Hal itu dapat terjadi apabila kita hanya berfokus membandingkan diri saja, tanpa disertai dengan keinginan untuk belajar dari apa yang mereka lakukan.
Perbandingan Diri ke Bawah (Downward)
Perbandingan diri ke bawah berawal dari keinginan untuk merasa lebih baik dari orang lain. Kita membandingkan diri dengan orang lain yang kualitasnya berada di bawah kita. Terkadang perbandingan ini kita lakukan untuk menguatkan diri bahwa kualitas diri kita lebih baik dari orang lain. Hal itu tentu dapat memicu kepercayaan diri untuk melakukan suatu hal.
Namun, apabila tujuan membandingkan diri adalah untuk meremehkan orang lain, itu termasuk hal yang tidak baik.
Kedua perbandingan tersebut memiliki baik buruknya masing-masing. Melalui membandingkan diri dengan orang yang lebih baik, dapat kita jadikan sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas diri agar menjadi lebih baik. Kita dapat belajar banyak hal. Namun, apabila kita hanya membandingkan dan tidak beraksi, itu akan menjadi hal yang sia-sia.
Kemudian, membandingkan diri dengan orang yang berada di bawah kita dapat menjadikan kita percaya akan kemampuan diri yang dimiliki. Namun, terkadang hal itu akan menimbulkan kesombongan diri.
Pada intinya kita boleh membandingkan, tapi ingat setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kebisaan manusia tidak harus sama. Temanmu bisa ini, bukan berarti kamu juga harus bisa. Jangan terlalu dipaksakan. Lakukan apa saja yang ingin kamu lakukan.
Kemampuan dan keberhasilan orang lain kita jadikan sebagai motivasi untuk mengembangkan diri. Karena jika kamu hanya sibuk membandingkan, kapan kamu berkembang? Jangan terlalu fokus dengan apa yang orang lain capai. Mulailah mencoba segala hal yang ingin kamu capai.
Jadikan apa yang kita bandingkan sebagai pelajaran untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas diri. Jangan hanya berfokus membandingkan saja, tanpa ada aksi dan keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. [Nayla Syarifa]











