almuhtada.org- Sebagai seorang hamba, kita tentu akan melewati banyak fase kehidupan yang tidak akan terlepas dari dua keadaan, satu dalam bentuk masa sulit, dan satu lagi disebut masa senang kita.
Kedua hal ini tidak akan terlepas dari kehidupan sehari-hari kita.
Meski begitu, kita tidak perlu bingung untuk menyikapi dua hal itu.
Islam memberikan tuntunan ketika kedua hal itu menimpa kita, yaitu bersabar dalam masa sulit dan bersyukur dalam masa senang.
Islam sendiri menekankan bahwa setiap umatnya pasti akan mendapat ujian dari Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam Al-qur’an surat al-Baqarah ayat 214:
اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat’
Dari ayat tersebut Allah SWT ingin memberikan penegasan bahwa Allah SWT pasti akan menguji tiap-tiap hambanya dengan berbagai macam ujian.
Tak berhenti disitu, pada ayat itu pula Allah SWT memberikan kabar penenang bagi seluruh hambanya yang diuji dengan berbagai kesusahan bahwa Allah SWT itu dekat dengan hambanya, dan pasti akan senantiasa menolong hambanya.
Lalu bagaimana dengan masa senang? Sejatinya baik masa sulit ataupun masa senang keduanya merupakan ujian yang diberikan kepada manusia.
Karena keduanya memiliki tuntunan yang diajarkan, dan ketika kita keluar dari tuntunan itu maka ada ganjaran berupa ancaman atau dosa. Hal ini diperkuat melalui firman Allah SWT didalam Al-qur’an surat ibrahim ayat 7:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Dari ayat tersebut dapat dikatakan bahwa jika kenikmatan yang diberikan tidak dapat kita sikapi dengan tutunan yang diajarkan, maka kita diancam dengan azab Allah SWT.
Ini merupakan tuntunan yang diajarkan kepada kita bahwa jika kita diberikan kenikmatan dan rasa senang, kita tidak boleh menyikapinya dengan kufur dan melupakan bahwa Allah SWT lah yang memberikan kenikmatan tersebut.
Menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H, dalam kitabnya Tafsir As-Sa’di dijelaskan bahwa bersyukur hakikatnya, pengakuan hati terhadap nikmat-nikmat Allah dan menyanjung Allah karenanya, serta mempergunakannya dalam keridhaan Allah.
Sementara pengingkaran terhadap nikmat Allah mempunyai pengertian yang berlawanan dengannya.
Maka dapat penulis simpulkan, baik masa sulit maupun masa senang keduanya merupakan ujian dari Allah SWT yang harus kita hadapi sesuai dengan tuntunan yang diajarkan.
Jika kita ditimpa dengan masa sulit, kesengsaraan, dan penderitaan maka kita harus menyikapinya dengan rasa sabar.
Namun, jika kita diuji dengan kesenangan, kebahagiaan, dan kenikmatan, maka kita harus menyikapi itu dengan rasa syukur.[Khoirul Umam]











