Obat Paling Mujarab: Menjadikan Dzikir dan Salat sebagai Kunci Ketenangan Jiwa dari Kecemasan

Ilustrasi seorang muuslimah sedang salat dan berdzikir (pinterest.com – almuhtada.org)

Almuhtada.org – Tuntutan pekerjaan, isu-isu sosial, hingga ketidakamanan yang ditimbulkan oleh media sosial sering kali membuat jiwa merasa resah dan pikiran tidak nyaman. Banyak orang mencari pelarian lewat hiburan sementara, tetapi sering kali cara ini tidak menyelesaikan masalah yang mendalam.

Baca Juga:  Menjalin Ukhuah Melalui Silaturahmi

Islam, sebagai panduan hidup yang sempurna, menyediakan sebuah obat yang mujarab dan abadi untuk mengatasi kecemasan jiwa, yaitu dengan memaksimalkan pelaksanaan dzikir dan salat.

Kecemasan merupakan keadaan mental yang muncul akibat kekhawatiran akan masa depan atau penyesalan mengenai masa lalu, yang sayangnya seringkali membuat kita melupakan saat ini dan siapa yang memiliki kendali atas semua hal.

Dalam Islam, ketenangan jiwa adalah tujuan utama yang dapat diraih melalui hubungan spiritual. Hubungan ini didukung oleh dzikir (mengingat Allah SWT). Dzikir bukan hanya tentang mengucapkan kalimat tertentu, tetapi merupakan usaha sadar untuk menghadirkan Allah SWT dalam setiap detik kehidupan.

Ketika kita mengalami kecemasan, dzikir berperan sebagai penopang yang mengembalikan hati kepada sumber ketenangan yang sesungguhnya. Allah SWT menjelaskan hal ini secara tegas dalam firman-Nya: “Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang.” (Q. S. Ar-Ra’d: 28).

Baca Juga:  Peran Muslimah dalam Ilmu Pengetahuan, Kisah Teladan Fatimah Al-Fihri

Ayat ini merupakan resep psikologis yang paling dahsyat, ia mengisyaratkan bahwa solusi untuk ketidaktenangan hati tidak berasal dari pengakuan luar, tetapi dari kesadaran akan keberadaan Allah SWT yang Maha Kuasa.

Selain dzikir, salat merupakan cara utama yang berperan sebagai terapi jiwa dan tubuh. Salat lima waktu memberikan waktu teratur untuk beristirahat dari kesibukan dunia. Rangkaian gerakan salat, mulai dari takbir sampai salam, menuntut tubuh dan pikiran untuk tenang dan berkonsentrasi sepenuhnya pada Allah SWT (khusyuk).

Ini adalah jenis meditasi yang paling murni dalam Islam. Salat mengajarkan ketepatan waktu dan melatih kita untuk melepaskan beban dunia sejenak. Saat seseorang mengalami tekanan, salat menjadi tempat untuk curhat sepenuhnya tanpa rasa khawatir akan penilaian.

Nabi Muhammad SAW menunjukkan hal ini dengan menjadikan salat sebagai sumber ketenangan dan kenyamanan. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Dijadikan sebagai penenang mataku dalam salat” (HR. An-Nasa’i). Salat sejatinya berperan sebagai penyelamat yang menghindari penumpukan stres dan kecemasan, serta mengikis jiwa dari dosa-dosa duniawi.

Agar dzikir dan salat menjadi kebutuhan dan obat yang ampuh, rahasianya terletak pada istiqamah (konsistensi) dan kualitas. Dzikir seharusnya dilakukan secara konsisten, bukan hanya pada saat mengalami kesulitan.

Sementara itu, salat harus dilaksanakan dengan usaha terbaik untuk mencapai khusyuk, yaitu keterlibatan hati dan pikiran. Jika ibadah dilakukan dengan setengah hati atau hanya sekadar ikut-ikutan, manfaat psikologisnya tidak akan dirasakan.

Dengan menyatukan dzikir yang konsisten sepanjang hari dan salat yang khusyuk sesuai jadwal, seorang Muslim menciptakan perlindungan spiritual yang kokoh, menjadikan keduanya bukan sekadar kewajiban yang membebani, tetapi kebutuhan mendasar yang dinanti oleh jiwa.

Kecemasan merupakan bagian dari ujian kehidupan, tetapi Allah SWT telah memberikan kita obat yang mujarab. Dzikir dan salat merupakan kunci paling efektif untuk mencapai ketenangan dan menenteramkan jiwa yang resah di tengah era yang penuh rintangan.

Melalui praktik yang konsisten dan tulus, kita tidak hanya memenuhi kewajiban, tetapi juga berinvestasi pada kesehatan mental dan spiritual kita, mencapai tingkat jiwa yang tenang (Nafs Al-Muthmainnah) yang dijanjikan oleh agama islam. [Maulida Auliyah]

 

 

 

 

Related Posts

Latest Post