almuhtada.org – Dalam Islam, kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari alam semesta yang merupakan ciptaan Allah SWT. Alam bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga tanda kebesaran Allah yang harus dijaga dan dihormati. Oleh karena itu, menjaga kelestarian alam termasuk bagian dari ibadah seorang Muslim kepada Tuhannya.
Istilah ekoteologi berasal dari kata ekologi dan teologi yang berarti hubungan antara makhluk hidup, lingkungan, dan Tuhan. Dalam Islam, ekoteologi mengajarkan bahwa menjaga alam bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga tanggung jawab spiritual. Segala bentuk perusakan lingkungan merupakan pelanggaran terhadap amanah Allah kepada manusia.
Al-Qur’an menegaskan bahwa Allah menciptakan alam dengan keseimbangan yang harus dijaga oleh manusia. Allah berfirman:
وَالسَّمَاۤءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيْزَانَۙ ٧
اَلَّا تَطْغَوْا فِى الْمِيْزَانِ ٨
“Dan Dia telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan), supaya kamu jangan merusak keseimbangan itu.” (QS. Ar-Rahman, 7–8).
Ayat ini menjadi dasar bahwa menjaga keseimbangan alam merupakan perintah langsung dari Allah SWT.
Manusia diberi kedudukan mulia sebagai khalifah di muka bumi untuk memakmurkan dan memelihara ciptaan Allah SWT. Namun, banyak manusia yang lalai dan justru merusak lingkungan demi kepentingan pribadi. Akibatnya, berbagai bencana alam muncul sebagai akibat dari ketidakseimbangan yang ditimbulkan oleh perbuatan manusia.
Dalam Islam, setiap perbuatan baik yang dilakukan dengan niat karena Allah termasuk ibadah, termasuk menjaga lingkungan. Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam pohon lalu dimakan oleh burung, manusia, atau hewan, kecuali menjadi sedekah baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa menjaga alam memiliki nilai pahala di sisi Allah SWT.
Pemahaman ekoteologi menumbuhkan kesadaran bahwa seluruh alam semesta adalah tanda kebesaran Allah. Merusak alam berarti mengingkari ayat-ayat Allah SWT yang terbentang di bumi. Karena itu, menjaga lingkungan menjadi bentuk nyata dari ketaqwaan dan penghambaan kepada Allah SWT.
Ekoteologi Islam menempatkan manusia bukan sebagai penguasa, tetapi sebagai penjaga keseimbangan alam. Tugas ini menuntut tanggung jawab, kepedulian, dan kesadaran spiritual yang tinggi. Menjaga alam berarti menjaga ciptaan Allah dan menjalankan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin. [Vika Rizky Lestari]