Telisik Kisah Zaid bin Haritsah dalam Al-Qur’an

almuhtada.org – Tidak banyak nama yang secara eksplisit disebut di dalam Al-Qur’an. Salah satu nama tersebut yakni Zaid bin Haritsah. Allah SWT menurunkan wahyu yang berkaitan dengannya, sebagai titik balik dalam sejarah sosial umat Islam.

Awal Kehidupan Zaid bin Haritsah Hingga Bertemu Rasulullah SAW.

Zaid bin Haritsah berasal dari kabilah Kalb di Jazirah Arab. Saat masih kecil, ia sempat diculik oleh perampok dan dijual sebagai budak di Makkah.

Takdir kemudian mempertemukannya dengan Khadijah binti Khuwailid, yang membeli Zaid dan menghadiahkannya kepada calon suaminya, Muhammad bin Abdullah.

Rasulullah yang saat itu belum diangkat menjadi Nabi. Meski begitu, ia tetap memperlakukan Zaid dengan kasih sayang yang luar biasa. Ia tidak melihat Zaid sebagai budak, tetapi tetap sebagai keluarga. Hubungan keduanya begitu erat hingga akhirnya Rasulullah mengangkatnya sebagai anak angkat, dan masyarakat Quraisy pun memanggilnya Zaid bin Muhammad.

Penghapusan Tradisi Jahiliyah: Turunnya Hukum tentang Nasab

Ketika Islam berkembang, Allah menurunkan perintah agar setiap anak disandarkan kepada ayah kandungnya, bukan kepada orang yang mengasuhnya. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 5 sebagai berikut.

اُدْعُوْهُمْ لِاٰبَاۤىِٕهِمْ هُوَ اَقْسَطُ عِنْدَ اللّٰهِ ۚ فَاِنْ لَّمْ تَعْلَمُوْٓا اٰبَاۤءَهُمْ فَاِخْوَانُكُمْ فِى الدِّيْنِ وَمَوَالِيْكُمْ ۗوَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيْمَآ اَخْطَأْتُمْ بِهٖ وَلٰكِنْ مَّا تَعَمَّدَتْ قُلُوْبُكُمْ ۗوَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ( الاحزاب : ٥)

Baca Juga:  Meneladani Kisah Nabi Zakariya dalam Menghadapi Cobaan

Artinya: “Panggillah mereka (anak-anak angkat) dengan nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil di sisi Allah.”

Perintah ini menjadi tonggak perubahan besar dalam sistem sosial Arab kala itu. Tradisi jahiliyah yang menyamakan anak angkat dengan anak kandung dinyatakan tidak sesuai dengan keadilan Islam. Dari sinilah, Zaid kembali disebut dengan nama aslinya Zaid bin Haritsah, bukan Zaid bin Muhammad.

Ayat ini menegaskan bahwa Islam mengatur hubungan sosial secara adil dan proporsional, agar nasab, hak waris, dan tanggung jawab keluarga tetap jelas.

Kisah Zaid tidak berhenti di situ. Rasulullah kemudian menikahkan Zaid dengan Zainab binti Jahsy, sepupu beliau sendiri. Tujuan pernikahan ini adalah untuk menunjukkan bahwa kemuliaan di sisi Allah tidak ditentukan oleh keturunan, melainkan oleh ketakwaan.

Namun, kehidupan rumah tangga mereka tidak berjalan harmonis. Perbedaan karakter dan latar belakang membuat hubungan keduanya kerap dilanda pertengkaran. Zaid sempat datang kepada Rasulullah untuk meminta nasihat. Beliau menasihatinya agar bersabar dan mempertahankan pernikahan.

Di balik peristiwa itu, Allah telah menyiapkan ketentuan dan hukum yang besar. Ketika pada akhirnya pernikahan Zaid dan Zainab berakhir, turunlah Surah Al-Ahzab ayat 37 yang berisi perintah Allah agar Rasulullah menikahi Zainab setelah diceraikan Zaid.

وَإِذْ تَقُولُ لِلَّذِىٓ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَأَنْعَمْتَ عَلَيْهِ أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَٱتَّقِ ٱللَّهَ وَتُخْفِى فِى نَفْسِكَ مَا ٱللَّهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى ٱلنَّاسَ وَٱللَّهُ أَحَقُّ أَن تَخْشَىٰهُ ۖ فَلَمَّا قَضَىٰ زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَٰكَهَا لِكَىْ لَا يَكُونَ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ حَرَجٌ فِىٓ أَزْوَٰجِ أَدْعِيَآئِهِمْ إِذَا قَضَوْا۟ مِنْهُنَّ وَطَرًا ۚ وَكَانَ أَمْرُ ٱللَّهِ مَفْعُولًا

Baca Juga:  Pentingnya Peran dan Sikap Orang Tua dalam Mendidik Anak

Artinya: “Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengannya agar tidak ada keberatan bagi orang-orang mukmin menikahi istri-istri anak angkat mereka…”

Wahyu ini menjadi pembebasan dari pandangan jahiliyah yang menganggap pernikahan dengan mantan istri anak angkat sebagai hal tabu. Islam menegaskan bahwa anak angkat tidak memiliki status nasab seperti anak kandung.

Zaid bin Haritsah adalah contoh nyata bagaimana iman, kesetiaan, dan ketaatan dapat mengangkat derajat seseorang di sisi Allah. Ia bukan hanya sahabat dekat Nabi, tetapi juga satu-satunya manusia yang disebut namanya secara langsung dalam Al-Qur’an untuk memberikan pelajaran bagi kita semua. [Syukron Ma’mun]

 

Related Posts

Latest Post