Mulutmu Harimaumu! Mari Cermati Dampak Tersembunyi dari Ucapan

Ilustrasi mulut adalah senjata terbesar dalam tubuh (Freepik.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Lisan adalah salah satu anggota tubuh yang sering kali kita gunakan. Dengan lisan kita bisa berbicara, bercanda, menyampaikan pendapat, bahkan menenangkan hati orang lain. Tapi jika kita lihat dari sudut pandang negatif, lisan juga bisa menimbulkan banyak masalah, mulai dari perselisihan, sakit hati, fitnah, yang mana semua itu menjadi dosa yang tidak kita sadari (atau bahkan memang disadari).

Sedikit ucapan yang kita anggap ringan dan sepele, mungkin malah bisa memperburuk keadaan kita, baik di dunia maupun di akhirat.

Rasulullah Saw. pernah mengingatkan dalam sebuah hadits,

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai Allah tanpa ia sadari, lalu Allah mengangkat derajatnya karenanya. Dan sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah tanpa ia sadari, lalu ia terjerumus ke dalam neraka karenanya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Dari hadits ini kita tahu bahwa ucapan yang keluar dari mulut kita tidak bisa dianggap sepele. Meskipun hanya satu kalimat, tapi dampaknya bisa menentukan jalan hidup kita, bahkan akhirat kita nantinya.

Jika kita coba kaitkan dengan kehidupan nyata, ucapan ternyata bisa mendatangkan keberkahan atau juga sebaliknya, musibah.

Misalnya, ucapan doa baik untuk orang lain. Bisa saja tanpa kita sadari, kita telah mendoakan seseorang, dan lalu kebaikan yang serupa kembali kepada kita. Rasulullah Saw. bersabda: “Doa seorang Muslim untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya adalah mustajab. Di atas kepalanya ada malaikat, setiap kali ia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat berkata: ‘Aamiin, dan engkau pun mendapatkan yang sama’.” (HR. Muslim).

Baca Juga:  Doa Tidak Terkabul Jangan Nyerah Gitu Aja! Yuk Coba Perbaiki!!

Atau dalam kasus sebaliknya, mungkin ada juga orang yang sedikit meremehkan ucapan buruk. Mungkin dianggapnya hanya bercanda, tapi ternyata bagi orang lain hal itu menyakiti hati. Kemudian, bisa jadi akibat lisan yang tidak dijaga akan menimbulkan kualat, baik dari doa orang yang tersakiti maupun dampak buruk lain yang kembali pada dirinya.

Kemudian jika kita kaitkan lisan dalam konteks hubungan sosial, lisan yang terjaga bisa membuat suasana menjadi lebih harmonis. Misalnya sebuah perkataan lembut bisa meredakan konflik, atau sebaliknya kata-kata kasar memperpanjang masalah.

Sebagaimana firman Allah SWT,

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: ‘Ucapkanlah perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya setan menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al-Isra’ [17]: 53).

Ayat ini menegaskan bahwa ucapan baik bukan hanya soal pahala, tapi juga benteng perpecahan.

Terakhir, mungkin pembaca sudah cukup familiar dengan ungkapan, “Mulutmu harimaumu.” Dimana hal itu bisa diartikan, ucapan kita bisa memangsa diri kita sendiri. Dalam Islam, konsep ini memang nyata. Perkataan yang keluar bisa berbalik kepada si pengucap.

Hal yang paling sederhana misalnya, ketika seseorang sering meremehkan orang lain, tanpa sadar dia malah menaikkan citra buruk pada dirinya sendiri. Lama-kelamaan orang di sekitarnya menjauh, hingga hidupnya terasa sempit dan kesepian. Dan begitu pun sebaliknya, ucapan yang penuh doa insyaallah perlahan akan membentuk kehidupan yang lebih tenang dan berkah.

Baca Juga:  Syaikh Ahmed Deedat, Sang Pendebat Ulung yang Membela Islam dengan Ilmu

Sebagai penutup, penulis hanya ingin mengingatkan pada pembaca (dan kepada diri sendiri) bahwa sebelum berbicara ada baiknya kita bertanya pada diri sendiri, apakah ucapan ini membawa kebaikan, atau malah bisa menyakiti? Jika ragu, maka diam adalah pilihan lebih baik. Seperti sabda Rasulullah Saw. “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari-Muslim). [Abian Hilmi]

Related Posts

Latest Post