Hampir Menyerah Karena Tak Kunjung Paham Pelajaran? Yuk Simak Artikel Berikut!

Ilustrasi orang yang hampir menyerah dalam belajar (freepik.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Pernah gak sih merasa kita sudah belajar dengan giat, tetapi masih belum memahami pelajaran? Saat guru atau dosen menjelaskan pelajaran kita fokus mendengarkan dan mencatat hal-hal penting, tetapi masih belum paham apa yang dimaksud? Kita sudah membaca materi secara berulang, tetapi masih tidak paham juga?

Hal itu akhirnya membuat kita ingin menyerah dan enggan untuk kembali belajar. Padahal, upaya untuk memperoleh Ilmu pengetahuan bukan hanya sekadar membaca, kemudian langsung paham maksudnya. Ada banyak yang harus kita lakukan dan korbankan, termasuk waktu dan tenaga.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Az-Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’alim, Sayyidina’ Ali bin Abi Thalib r.a berkata, bahwa terdapat enam syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh Ilmu Pengetahuan.

اَلاَ لاَتَنَــــالُ الْعِـــلْمَ اِلاَّ بِســــــِتَّةٍ # سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ

 ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍوَبُلْغَةٍ # وَاِرْشَادُ اُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ

Artinya: “Ingatlah! Engkau tidak akan mendapatkan Ilmu kecuali dengan memenuhi enam syarat. Saya akan memberitahukan secara rinci. Yaitu, kecerdasan, kemauan, sabar, biaya, bimbingan guru dan waktu yang lama.”

Dari syair tersebut dijelaskan bahwa salah satu syarat untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah dengan mempelajarinya terus menerus. Mempelajarinya tidak hanya sekali atau dua kali, perlu mempelajarinya lagi dan lagi dengan memanfaatkan waktu yang ada. Karena ilmu pengetahuan tidak bisa didapatkan langsung begitu kita mempelajarinya, kecuali jika Allah memang mengizinkan.

Baca Juga:  Tahapan serta Cara Allah SWT Mengirimkan Wahyunya Kepada Rasulullah SAW

Selain dari syair yang dituliskan oleh Syaikh Az- Zarnuji, kita juga dapat belajar melalui kisah Ibnu Hajar Asqalani, ulama yang sangat luar biasa.

Kisah Ibnu Hajar Al Asqalani

Abul Fadl Ahmad bin Ali bin Muhammad al- Asqalani al- Misiri al-Qahiri, yang sekarang dikenal dengan nama Ibnu Hajar Asqalani merupakan ulama yang masyhur dalam bidang hadis dan Fiqih. Ternyata dibalik keilmuannya yang luar biasa, terdapat kisah yang begitu haru. Sebelum mendapatkan itu semua, dalam menuntut ilmu beliau juga pernah berada di titik hampir menyerah.

Ibnu Hajar sempat ingin menyerah karena sulit memahami pelajaran. Bertahun-tahun beliau belajar, tak ada satu pun ilmu yang masuk dalam otaknya. Beliau tertinggal jauh dengan teman-temannya dan sempat dikatakan sebagai murid yang bodoh. Meski begitu beliau tetap memiliki semangat yang tinggi dalam belajar.

Hingga pada suatu waktu, beliau memutuskan untuk menyerah. Beliau meminta izin untuk pulang sebentar. Namun, guru beliau tidak mengizinkannya. Beliau mencobanya lagi dan akhirnya gurunya pun mengizinkan.

Ibnu Hajar pun pulang ke rumah. Di tengah perjalanan, hujan pun turun. Beliau memutuskan untuk berteduh sejenak di dalam gua dan mendapati gemercik air hujan yang mengenai batu. Beliau melihat ada lubang di tengah batu itu, kemudian berpikir batu saja yang sekeras itu dapat lunak dan berlubang apabila terkena air terus menerus. Bagaimana dengan hatinya yang lembut?

Baca Juga:  Lintasan Prasangka Manusia

Dari kejadian tersebut, Ibnu Hajar akhirnya sadar bahwa seiring berjalannya waktu, ia juga akan paham. Ia hanya perlu latihan dan belajar lebih giat lagi, serta menunggu waktu tepatnya. Ia memutuskan untuk tidak jadi pulang dan kembali ke pesantren dengan semangat yang semakin membara.

Ibnu Hajar menjadi orang alim. Beliau bisa melampaui teman-temannya, menjadi ulama terkenal dan banyak mengarang kitab.

Dari kisah Ibnu Hajar ini, dapat kita ambil pelajaran bahwa memang ilmu itu tidak didapatkan secara praktis. Menuntut ilmu perlu kesabaran dan waktu yang lama.

Jika kita melihat dengan kondisi saat ini, kisah Ibnu Hajar bisa diterapkan secara luas, tidak hanya pada menuntut ilmu saja. Dalam hal menggapai sesuatu misalnya, tentu itu tidak bisa didapatkan secara langsung. Ada usaha yang perlu dikerahkan. Kita berharap hari ini ingin ini, belum tentu besok akan bisa diterapkan. Karena segala sesuatunya itu ada prosesnya dan ada waktunya.

Belajar perlu usaha, waktu dan kesabaran. Jadi, meski saat ini masih belum memahami pelajaran, bukan berarti bodoh. Kita hanya perlu berusaha lebih giat dan sabar, seiring berjalannya waktu kita akan memahaminya. [] Nayla Syarifa

Related Posts

Latest Post