almuhtada.org – Setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan dosa.
Namun, sebesar apa pun kesalahan yang dilakukan, Islam tidak pernah menutup pintu ampunan bagi hamba-hamba Allah yang mau kembali kepada-Nya.
Allah menegaskan hal ini dalam firman-Nya yang sangat menyentuh hati, yaitu Surat Az-Zumar ayat 53:
قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًاۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٥٣
“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
Ayat ini turun sebagai kabar gembira bagi seluruh umat manusia yang pernah melakukan dosa, baik kecil maupun besar, selama mereka mau bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Allah memanggil mereka dengan penuh kasih sayang: “Ya ‘ibadiy” (wahai hamba-hamba-Ku).
Panggilan ini menunjukkan betapa Allah masih menganggap mereka sebagai hamba-Nya meskipun mereka bergelimang dosa.
Ada beberapa poin penting yang terkandung dalam ayat ini:
- Larangan berputus asa dari rahmat Allah
Putus asa adalah salah satu bisikan setan agar manusia berhenti berharap kepada Allah.
Padahal, rahmat Allah lebih luas dari segala dosa yang manusia lakukan. Selama seseorang masih hidup, pintu ampunan senantiasa terbuka.
- Allah mengampuni semua dosa
Tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni oleh Allah, selama pelakunya bertaubat dengan ikhlas.
Bahkan dosa syirik sekalipun dapat diampuni jika seseorang kembali kepada tauhid sebelum ajal menjemput.
- Sifat Allah sebagai Al-Ghafur dan Ar-Rahim
Ayat ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Artinya, Allah tidak hanya menghapus dosa, tetapi juga melimpahkan kasih sayang-Nya kepada hamba yang kembali.
- Jangan mudah berputus asa dalam meraih kebaikan dan cita-cita
Ayat ini tidak hanya memberi harapan dalam hal ampunan, tetapi juga mengajarkan bahwa seorang Mukmin tidak boleh berhenti berusaha hanya karena pernah gagal atau merasa tidak layak.
Sebanyak apa pun dosa atau kesalahan di masa lalu, itu bukan alasan untuk menyerah dalam berbuat baik, menuntut ilmu, atau menggapai cita-cita.
Rahmat Allah selalu terbuka, dan Dia mampu mengubah masa lalu yang kelam menjadi awal yang penuh cahaya.
Taubat adalah jalan keluar dari segala kesalahan. Seorang muslim tidak boleh membiarkan dosa menumpuk tanpa usaha untuk memperbaikinya.
Harapan selalu ada. Selama manusia tidak berputus asa dan terus memohon ampun, Allah akan membuka jalan menuju kebaikan.
Kasih sayang Allah lebih besar dari murka-Nya. Inilah yang menjadi motivasi agar manusia tidak larut dalam keputusasaan.
Kegagalan bukan akhir segalanya. Baik dalam memperbaiki diri maupun meraih cita-cita, seorang Muslim harus tetap berusaha dan optimis, karena putus asa hanya akan menjauhkan dari rahmat Allah.
Ayat ini mengingatkan bahwa pintu taubat selalu terbuka hingga ajal tiba.
Allah mengajak hamba-Nya untuk tidak menyerah, tidak putus asa, dan selalu yakin pada keluasan rahmat-Nya.
Maka, marilah kita jadikan ayat ini sebagai motivasi untuk tidak hanya meninggalkan dosa, tetapi juga terus melangkah dalam kebaikan.
Jangan pernah merasa terlambat untuk berubah, dan jangan pernah menyerah dalam meraih cita-cita.
Karena sesungguhnya Allah adalah Al-Ghafur Ar-Rahim Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[] Muhammad Fadli Noor