Pentingnya Sinkronisasi Akal, Kebutuhan Jasmani, dan Naluri Alamiah

Muslimah yang sedang berfikir menggunakan akalnya (freepik.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Allah menciptakan manusia dengan beberapa potensi seperti akal, kebutuhan jasmani, dan naluri. Akal merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya, dengan akal kita dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk.

Jika seseorang tidak menggunakan akalnya untuk menjalani kehidupan, bisa dipastikan perilakunya tidak jauh berbeda dengan hewan. Kemudian kebutuhan jasmani, yakni segala sesuatu untuk menunjang tubuh seperti makan, minum, olahraga, dan istirahat.

Terakhir naluri, yakni pola sikap yang sifatnya alamiah seperti kebutuhan seksual, ketergantungan, dan baqo atau pengakuan.

Baca Juga:  Merefleksikan Cita-cita Besar dengan Sebuah Kisah Sejarah

Kepribadian yang dimiliki oleh setiap manusia sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara kita mengarahkan segala potensi yang Allah beri. Baik akal, kebutuhan jasmani, hingga naluri merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam proses membentuk kepribadian seseorang.

Mengapa demikian? Mari kita bahas lebih lanjut!

Segala sesuatu pastinya dimulai dari pemikiran, sebab di sinilah peran akal digunakan.

Ketika pemikiran kita benar sesuai dengan nilai-nilai Islam, maka kita akan mengikuti gaya hidup yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad, dimulai dari pola istirahat, konsumsi makanan yang halal dan thayyib , hingga aktivitas fisik untuk produktivitas.

Tidak sampai di situ, ketika pemikiran kita sesuai dengan syariat Islam, maka kita akan mengarahkan naluri alamiah agar tidak menjerumuskan pada perbuatan yang dilarang dalam agama.

Baca Juga:  Kematian dalam Islam: Takdir Pasti dan Bekal yang Harus Disiapkan

Naluri seksual misalnya, jika kita tidak mampu mengendalikan diri, maka kita akan mudah terjerumus dalam perbuatan zina,  sebuah dosa yang di zaman sekarang mulai dianggap lazim dan biasa saja, fenomena ini dibuktikan dengan adanya trend memiliki pacar, sehingga orang-orang yang Istiqomah dengan prinsip ajaran Islam dianggap kaku, tidak terbuka dengan perubahan zaman, bahkan sampai dianggap kolot.

Inilah pentingnya internalisasi nilai-nilai Islam dalam setiap lini kehidupan, agar akal, kesehatan jasmani, dan naluri kita senantiasa diarahkan untuk memperoleh kebaikan dunia dan akhirat. Semoga, di akhir zaman ini kita senantiasa berpegang teguh pada aturan Allah dan dikuatkan dalam menghadapi lingkungan yang telah jauh dari hukum-Nya.

 

[Hanum Salsabila] Mahasantri Angkatan 6 PRM.

Related Posts

Latest Post