Almuhtada.org – Di tengah perkembangan zaman yang bergerak begitu cepat, hampir seluruh aktivitas manusia kini terhubung dengan teknologi.
Kehidupan seolah terpaku pada layar yang perlahan mengubah kebiasaan manusia.
Teknologi bukan lagi sekadar pelengkap, melainkan kebutuhan yang sulit tergantikan.
Dahulu, memperoleh ilmu atau mencari informasi harus berhadapan dengan keterbatasan jarak dan waktu. Kini, hanya dengan sentuhan jari, ribuan informasi hadir dalam sekejap.
Namun, kemudahan ini juga menimbulkan pertanyaan: benarkah manusia mengendalikan teknologi, atau justru teknologi yang mengendalikan manusia?
Seperti yang diungkapkan filsuf asal Kanada, Marshall McLuhan, “We shape our tools and thereafter our tools shape us.”
Ungkapan ini menegaskan bahwa dibalik kehebatan manusia menciptakan teknologi, manusia pula yang perlahan dibentuk ulang oleh ciptaannya sendiri.
Prinsip bahwa keberhasilan tidak lahir dalam semalam, melainkan melalui proses panjang, menjadi pegangan penting dalam menyikapi perkembangan teknologi.
Di era digital, prinsip ini menuntun cara pandang untuk tetap berhati-hati.
Teknologi memang membuka berbagai peluang, tetapi juga bisa menjerumuskan jika tidak digunakan secara bijak.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada tahun 2024 melaporkan bahwa lebih dari 75% generasi muda Indonesia menggunakan teknologi digital untuk pendidikan, namun hanya 38% di antaranya yang mampu memilah informasi secara kritis dan etis.
Data ini menunjukkan bahwa kecakapan digital saja tidak cukup, melainkan harus dibarengi dengan karakter yang kuat.
Kehadiran teknologi digital terbukti membawa dampak besar dalam mendukung pendidikan.
Video interaktif, kelas virtual, dan kuis daring membantu banyak siswa memahami pelajaran, termasuk mata pelajaran eksak seperti kimia.
Dengan cara ini, belajar tidak lagi sekadar menghafal rumus, melainkan memahami penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudahan ini berbuah hasil nyata, misalnya dalam berbagai ajang kreativitas mahasiswa. Teknologi memungkinkan ide dikembangkan berdasarkan data dan referensi yang relevan.
Selain itu, media sosial yang semula dianggap sekadar hiburan kini menjadi ruang personal branding.
Generasi muda dapat menampilkan karya, pengalaman, dan perjuangan mereka melalui platform seperti YouTube, TikTok, atau Instagram.
Dengan bijak digunakan, media sosial menjadi sarana mengekspresikan diri, berbagi inspirasi, serta mengabadikan perjalanan menuju kesuksesan.
Namun, teknologi tidak selalu membawa manfaat bila tidak diimbangi dengan disiplin dan ketekunan.
Kemajuan digital dapat berubah menjadi jebakan. Salah satu contoh nyata adalah ketergantungan pada kecerdasan buatan Artificial Intelligence (AI).
Awalnya, penggunaan AI terasa mempermudah penyelesaian tugas. Akan tetapi, ketika terlalu sering mengandalkannya, seseorang bisa kehilangan kebiasaan untuk berpikir kritis dan memahami materi secara mendalam.
Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa segala sesuatu yang berlebihan tidaklah baik.
Pesan ini sangat berkaitan dalam konteks penggunaan teknologi. Kecanduan pada layar, malas berpikir mandiri, hingga hilangnya konsentrasi belajar adalah sebagian dari dampak negatif ketika teknologi digunakan secara berlebihan.
Bahkan, ancaman yang lebih besar adalah hilangnya nilai-nilai kemanusiaan saat manusia terlalu bergantung pada mesin.
Teknologi digital pada dasarnya adalah pisau bermata dua. Di satu sisi, ia membuka peluang tak terbatas untuk belajar, berkarya, dan berkembang.
Di sisi lain, ia dapat melemahkan karakter bila tidak dikelola dengan bijak.
Oleh karena itu, yang dibutuhkan bukan sekadar keterampilan digital, tetapi juga kesadaran moral untuk menempatkan teknologi pada posisi yang tepat: sebagai alat, bukan penguasa.
Generasi muda perlu membangun prinsip hidup yang kuat agar tidak terhanyut dalam arus digital.
Disiplin, tanggung jawab, dan keinginan belajar mandiri adalah benteng agar teknologi benar-benar menjadi sarana pemberdayaan, bukan jebakan ketergantungan.
Dengan begitu, transformasi digital tidak hanya melahirkan individu yang cerdas secara akademis, tetapi juga bijak, berkarakter, dan siap menjaga masa depan bangsa. [] Najwa Khofifahtul Azizah