Fenomena Gerhana Bulan dalam Perspektif Islam

Gambar gerhana bulan total (pinterest.com – almuhtada.org)

almuhtada.org – Gerhana bulan merupakan fenomena alam yang terjadi ketika bumi berada di antara matahari dan bulan, sehingga bayangan bumi menutupi bulan. Dalam pandangan sains, peristiwa ini adalah bagian dari keteraturan alam semesta. Namun, dalam perspektif Islam, gerhana bulan tidak hanya dipahami sebagai fenomena astronomis semata, melainkan juga memiliki makna spiritual dan pesan keagamaan yang mendalam.

Gerhana menurut Al-qur’an, Hadits, dan para ulama

Fenomena Gerhana tidak disebutkan secara langsung, melainkan sebagai bentuk tanda-tanda kekuasaan Allah ta’ala, Allah ta’ala berfirman:

ومن اياته الليل والنهار والشمس والقمر لا تسجدوا للشمس ولا للقمر واسجدوا لله الذي خلقهن ان كنتم اياه تعبدون (٣٧)

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sujud kepada matahari maupun kepada bulan, tetapi sujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (Q.S Al-fushilat: 37)

Ayat ini menegaskan bahwasannya matahari dan bulan adalah dua makhluk ciptaan Allah, Dan apapun yang berkaitan dengan keduanya, termasuk juga gerhana, merupan tanda-tanda kekuasaan Allah ta’ala.

Dalam hadits rasulluloh menjelaskan mengenai fenomena gerhana, terutama dalam rangka melurusan keyakianan jahiliyah bahwa gerhana berkaitan dengan kematian Dan kelahiran seseorang. Rosulluloh bersabda:

“إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، لَا يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُو”

Baca Juga:  Memahami Hikmah Tersirat dari Allah SWT

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang atau karena kehidupannya. Maka apabila kalian melihatnya (gerhana), maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, shalatlah, dan bersedekahlah.”

(HR. Bukhari No. 1044, Muslim No. 901)

Hadits ini menjelaskan bahwa gerhana tidak ada kaitannya dengan kematian atau kelahiran seseorang, melainkan bentuk dari tanda-tanda kekuasaan Allah ta’ala.

Menurut Imam Nawawi para ulama telah bersepakat bahwa gerhana merupakan tanda dari kekuasaan Allah, dan bukan karena kelahiran atau kematian seseorang. Gerhana adalah momen untuk khusyuk kepada Allah dan memperbanyak amal kebaikan.

Lalu apa yang harus dilakukan saat terjadi gerhana bulan?

Ketika terjadi gerhana kita di anjurkan untuk melaksanakan sholat gerhana (sholat khusuf), dapat dilakukan secara berjamaah maupun sendiri.

Berikut tata cara sholat gerhana bulan:

  1. Niat sholat gerhana bulan
  2. Dua rakaat, namun dengan dua kali rukuk dalam setiap rakaat (total 4 rukuk dalam 2 rakaat)
  3. Setelah ruku’ pertama, tidak langsung sujud, tetapi berdiri kembali untuk membaca Al-Fatihah dan surat lagi, lalu ruku’ kedua, baru kemudian sujud.
  4. Disunnahkan membaca surat-surat panjang (seperti Al-Baqarah) jika mampu.
  5. Setelah selesai sholat, imam menyampaikan khutbah yang berisi nasihat, istighfar, takwa, dan ajakan untuk memperbanyak amal shaleh.

Doa yang dianjurkan saat gerhana:

  1. Istihfar

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ (aku memohon ampun kepada Allah yang Maha agung)

  1. Takbir
Baca Juga:  Learn, Share & Care Tugas Generasional: Our Ummah is Sleeping and Not Reading

اللَّهُ أَكْبَرُ (Allah yang Maha besar)

  1. Tasbih dan tahlil

سُبْحَانَ اللَّه
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّه (Maha suci Allah, tiada tuhan selain Allah)

  1. Doa perlindungan dari adzab

اللَّهُمَّ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ (Ya Allah, lindunglah kami dari api neraka)

Kesimpulannya

Gerhana merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah, tidak ada kaitannya dengan kelahiran maupun kematian sesorang, dan ketika terjadi gerhana kita di anjurkan untuk melakukan sholat gerhana (sholat khusuf), serta disunnahkan untuk memperbanyak berdzikir dan berdoa memohon ampun kepada Allah ta’ala. [] Ghazi Ubaidillah

Related Posts

Latest Post