almuhtada.org – Rabi’ah binti Isma’il al-Adawiyah adalah seorang wanita salihah dari kalangan tabiin. Ia dinisbahkan dengan kabilah Bani Adi bin Ka‘ab, salah satu kabilah Arab yang dikenal pada masa itu. Disebut “Rabi’ah” karena ia merupakan anak keempat dalam keluarganya.
Rabi’ah al-Adawiyah lahir di kota Basrah, Irak, sekitar tahun 100 H (717 M). Ia tumbuh besar dalam kehidupan yang sulit. Ayahnya wafat saat ia masih kecil, sehingga mengalami kesulitan dalam hal ekonomi. Bahkan, dalam beberapa riwayat, Rabi’ah al-Adawiyah pernah dijual sebagai budak karena keluarganya tidak mampu untuk menafkahinya.
Dibalik keterbatasan dan kesulitan yang dialami, Allah Swt. telah menanamkan dalam hati Rabi’ah berupa keimanan dan kecintaan yang dalam kepada-Nya. Ia mengisi hari-harinya dengan ketekunan dalam beribadah kepada Allah Swt.. Melihat kesalehan dan ketekunannya dalam ibadah, majikannya pun membebaskannya.
Setelah merdeka, Rabi’ah justru tidak terlena dengan kehidupan dunia. Ia tetap memilih untuk terus hidup sederhana dan mendekatkan diri kepada Allah Swt..
Rabi’ah kembali mengisi hari-harinya dengan ibadah, seperti salat, zikir, puasa, dan ibadah-ibadah lainnya. Ia pun dikenal luas oleh masyarakat Basrah sebagai perempuan yang penuh cinta kepada Rabb-nya.
Rabi’ah al-Adawiyah wafat di kota Basrah sekitar tahun 185 H (801 M). Tidak banyak riwayat yang menjelaskan detail kondisi sakitnya, tetapi disebutkan bahwa ia wafat dalam keadaan terus menyebut nama Allah. Ia menghembuskan napas terakhirnya dalam keadaan tenang, sebagaimana hidupnya yang penuh ketenangan karena selalu bersama Allah.
Jenazahnya dihadiri oleh banyak orang dari kalangan ahli ilmu dan masyarakat yang mencintainya. Ia wafat tanpa meninggalkan harta, tetapi meninggalkan warisan akhlak, cinta, dan keteladanan yang masih hidup hingga hari ini.
Rabi’ah al-Adawiyah adalah salah satu sosok wanita paling mulia dalam sejarah Islam. Ia mengajarkan kepada kita bahwa cinta kepada Allah adalah sumber kekuatan terbesar. Kezuhudan, keikhlasan, dan keteguhannya dalam beribadah menjadi teladan bagi laki-laki maupun perempuan.
Semoga Allah merahmatinya dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang mengikuti jejak ketakwaannya.
“Orang-orang yang paling mencintai Allah adalah mereka yang tidak butuh pengakuan dari manusia, dan tidak takut kehilangan dunia.” – Rabi’ah al-Adawiyah. [] Syukron Ma’mun