Almuhtada.org – Dalam diskusi tentang takdir, muncul dua aliran klasik: Qadariyah dan Jabariyah. Keduanya punya cara pandang berbeda soal siapa yang menentukan perjalanan hidup manusia.
Qadariyah meyakini manusia punya kehendak bebas dalam hidupnya. Setiap pilihan adalah tanggung jawab pribadi, bukan sekadar skenario Ilahi semata.
Sebaliknya, Jabariyah berpandangan bahwa semua telah ditentukan oleh Tuhan. Manusia hanya menjalani apa yang sudah tertulis, tanpa punya kuasa mengubahnya.
Perbedaan ini lahir dari tafsir yang berbeda terhadap ayat-ayat tentang qada dan qadar. Qadariyah menekankan keadilan Tuhan, sedangkan Jabariyah mengedepankan kekuasaan mutlak-Nya.
Meski berbeda, keduanya mencoba memahami hubungan antara manusia dan Tuhan. Apakah manusia penggerak hidupnya sendiri, atau sekadar wayang di panggung ciptaan?
Dalam konteks modern, perdebatan ini tetap relevan. Ia memengaruhi cara kita berpikir soal usaha, doa, bahkan kegagalan hidup.
Apakah kita harus berusaha semaksimal mungkin? Ataukah cukup berserah pada takdir yang sudah ditentukan sejak awal?
Islam arus utama sendiri mengambil jalan tengah. Menyuruh manusia berusaha, tapi tetap yakin bahwa hasilnya di tangan Tuhan.
Dengan memahami Qadariyah dan Jabariyah, kita belajar bahwa takdir bukan sekadar doktrin, tapi bahan renungan mendalam. Tentang siapa kita, dan siapa Tuhan bagi kita. [] Rayn Nurdiyana