almuhtada.org – Manusia dengan ego dan emosionalnya tentunya tidak terlepas dengan adanya suatu ujian. Berbagai bentuk ujian yang ada dapat berupa ujian kesulitan hidup, ada pula yang diuji melalui sesama manusia dengan ucapan yang menyakitkan, perlakuan yang tidak mengenakan, atau pengkhianatan.
Sebagian orang mampu bersabar dalam menghadapi suatu ujian dengan sesama manusia. Ia menahan diri dari membalas, menjaga tutur kata meskipun terdapat perkataan yang tidak mengenakan tentang dirinya, tidak menyebarkan keburukan orang lain, bahkan ada pula yang justru mendoakan kebaikan pada orang yang sudah melukainya.
Namun, ada satu hal yang terkadang masih mengganjal di hati meskipun sudah bersabar, ikhlas dan memaafkan. Pertanyaan pada diri sendiri yang sering ditanyakan Kenapa ya kita sudah sabar tapi hati masih tetap sesak? Mengapa masih terasa keberatan untuk memaafkan?
Sabar (صَبْرٌ) berarti menahan diri dari kemarahan, dari membalas, dari keluhan. Sedangkan ikhlas (مخلص) berarti melepaskan melepaskan luka, dendam, dan harapan akan balasan dari manusia.
Maka tidak mengherankan jika seseorang sudah bersabar tetapi belum sepenuhnya ikhlas. Karena sabar itu perbuatan lahir, sedangkan ikhlas adalah pekerjaan batin. Sabar bisa dilakukan dengan diam, namun ikhlas menuntut kelapangan hati. Islam tidak hanya menganjurkan kesabaran, tetapi juga memuji orang yang mampu memaafkan dengan tulus. Dalam AlQuran, Allah SWT berfirman:
وَلَمَن صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ
“Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perkara yang mulia.” (QS. AsySyura: 43)
Dalam ayat tersebut digunakan istilah azmi alumur, yang artinya termasuk perkara besar dan berat. Artinya, Allah mengetahui bahwa memaafkan bukan perkara ringan. Ia adalah tanda kekuatan ruhani seseorang.
Begitu pula dalam hadits disampaikan bahwa “Tidaklah seseorang memaafkan, kecuali Allah akan menambahkan kemuliaan baginya.” (HR. Muslim)
Kemuliaan itu bukan hanya di mata manusia, tetapi juga di sisi Allah. Karena orang yang memaafkan dengan ikhlas sejatinya sedang menundukkan hawa nafsunya dan membebaskan jiwanya dari belenggu dendam.
Mengapa Masih Sulit untuk Ikhlas?
Ada beberapa sebab mengapa seseorang sulit mencapai keikhlasan:
1. Masih Berharap Balasan dari Manusia
Mungkin hati masih ingin diakui bahwa dirinya benar, atau ingin agar orang yang menyakiti menyesal. Harapan semacam ini sering menghalangi keikhlasan.
2. Belum Berdamai dengan Rasa Sakit.
Seseorang bisa menahan amarah, namun jika luka batin belum diobati, maka keikhlasan pun belum tumbuh.
3. Kurangnya Rasa Yakin bahwa Pahala Allah Lebih Besar daripada Keadilan Dunia.
Allah berfirman:
“Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal. Tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah.” (QS. AsySyura: 40)
Artinya, siapa pun yang memaafkan dengan tulus, Allah sendiri yang menjamin pahalanya. Dan tidak ada pemberi balasan yang lebih baik daripada Allah.
Langkah-langkah Menuju Keikhlasan
Agar hati kita mudah untuk mencapai keikhlasan, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan.
1. Berdoa agar Hati Dilembutkan
Ikhlas bukan perkara akal, tapi perkara hati. Maka mohonlah kepada Allah agar diberi hati yang lapang.
Doa yang bisa dibaca:
اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي وَاجْعَلْ نِيَّتِي خَالِصَةً لَكَ
“Ya Allah, bersihkan hatiku dan jadikan niatku ikhlas karenaMu.”
2. Mengingat bahwa Allah Tidak Pernah Tidur
Semua yang terjadi ada dalam pengawasan-Nya. Jika seseorang dizalimi, dan ia bersabar serta memaafkan karena Allah, maka Allah pasti akan membalasnya dengan lebih baik.
3. Tidak Memaksa Hati, tapi Terus Tembimbingnya
Ikhlas bukan terjadi dalam sehari. Ia adalah proses panjang yang harus dilatih. Maka terus arahkan hati menuju ridha Allah, meskipun masih terasa berat.
Rida yang dirahmati Allah sabar adalah langkah pertama, tetapi ikhlas adalah tujuan yang lebih tinggi. Seseorang yang mampu sabar belum tentu ikhlas. Namun orang yang ikhlas, pasti telah melewati banyak ujian kesabaran.
Jika hati masih merasa berat untuk memaafkan, janganlah berkecil hati. Teruslah belajar dan memohon pertolongan Allah. Karena setiap langkah menuju keikhlasan adalah bagian dari ibadah. Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba yang sabar dalam menghadapi ujian, dan ikhlas dalam memaafkan orang lain semata karena mengharap rida-Nya. [Adinda Aulia]