almuhtada.org – “sering kita berpikir disaat kita baru mencoba suatu pengalaman pertama kali dan berhasil. Kemudian mencoba lagi dengan hasil yang lebih baik.
Muncullah suatu perasaan senang dan bangga merasa bahwa dirinya yang paling mampu. Paling sempurna melebihi para ahli dalam bidang yang dikuasai.
Seperti analoginya seorang yang mencoba dan hanya bermain-main dengan pensil di kertas. Kemudian mencorat-coret, membentuk karya baru yang indah dan dipuji-puji oleh beberapa kerabatnya.
Perasaan bangga yang menumpuk memberikan pancingan pada dirinya untuk membangkitkan gairah kesombongan. Merasa paling hebat dari semua seniman dan setara dengan mereka.
Disaat dia menyombongkan dirinya akan bakat yang dangkal tersebut. Banyak orang disekitarnya merasa tidak nyaman akan kehadiran dirinya.
Dia yang bodoh mencoba menantang para seniman terbaik. Tanpa pikir panjang karena dia sudah berlatih selama seminggu.
Dia tahu bahwa gambarnya masih banyak kekurangan. Dan bodohnya dia tetap menyombongkan dirinya didepan para seniman.
Setelah berlangsungnya tantangan itu, dia kalah telak tanpa perlawanan apapun.Inilah awal mula seseorang mengalami efek Dunning-Kruger.
Jika ditanya apa itu efek dunning-kruger?
Coba bayangkan kamu menantang seorang ulama yang sudah berpengalaman dan berilmu semasa hidupnya. Kamu yang hanya bermodal pengetahuan dari TPQ menantangnya berdebat soal hukum islam.
Sangatlah bodoh, bahkan kamu tidak tau bahwa dirimu bodoh. Maka dari itu kamu menantang ulama tersebut.
Inilah efek Dunning-Kruger disaat kepercayaan diri kita berada melampaui galaksi Bimasakti. Tapi kemampuan kita hanya berada di palung terbawah samudra Pasific.
Efek ini biasa terjadi disaat kita baru pertama kali mulai belajar. Kenapa bisa terjadi?
Analoginya kita seperti tersesat dijalan karena tidak punya google map. Wajar bagi pemula, karena kita akan senang, bangga, dan merasa mampu.
Padahal hanya baru belajar sedikit dari sekian banyak ilmu pengetahuan. Kita belum memiliki ilmu yang cukup untuk mengetahui bahwa diri kita itu tidak tahu.
Solusinya simpel hanya perlu merendah diri dan menerima setiap masukan dan kritik. Membiasakan diri untuk sadar bahwa kita tidak tahu.
Kita hanya makhluk sekecil elektron dihadapan Allah SWT., lemah dan minim pengetahuan. Bertobatlah dan jangan merasa angkuh pada semasa makhluk hidup apalagi terhadap Allah.
Karena semakin manusia mendalami setiap ilmu maka dia akan merasa dirinya itu. memang tidak tahu apapun.
Dengan ini diharapkan dapat menanamkan sikap rendah diri dan menerima apa adanya. Cukup fokus pada alur pembelajaran dari pada mencari pengakuan.” []Ngafif Fatah Damawan