almuhtasa.org- Hijrah memiliki makna berpindah/meninggalkan satu tempat ke tempat yang lain, secara umumnya dalam islam hijrah dapat diartikan meninggalkan maksiat dan keburukan menuju kearah yang lebih baik. Saat ini banyak orang yang masih salah kaprah dalam berhijrah, di era media sosial saat ini, banyak yang menyalah artikan hijrah sebagai sesuatu yang bersifat dari penampilan luarnya saja atau hanya sekadar tren yang viral. Sebagian orang mengira bahwa hijrah hanya merubah sebuah penampilan luarnya seperti cara berpakaian, postingan di sosial media mereka, dan mengikuti suatu komunitas-komunitas hijrah tanpa memahami hakikat hijrah yang sebenarnya. Mereka hanya berpatokan dengan sosial media, konten-konten agama singkat yang bahkan belum tentu ilmu itu berdasar dari sumber yang benar atau salah. Sehingga beberapa orang berhijrah bukan kearah yang benar, tetapi kearah yang salah dan menyesatkan.
Padahal dalam berhijrah itu harus didasari dengan niat, ilmu, keimanan, dan ke ikhlasan. Allah tidak hanya menilai penampilan luar saja, tetapi juga niat, hati dan juga keistiqomahan untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Hijrah itu butuh proses, menuntut kesabaran, komitmen dan perjuangan meninggalkan hal yang buruk dan mendekatkan diri pada allah.
Mulailah hijrah dengan mempelajari ilmu agama secara bertahap, dari yang mudah dan mendasar terlebih dahulu, dalam kutipan ibnu syihab az-zuhri mengatakan bahwa:
“Janganlah mengambil ilmu dengan sekaligus, karena barangsiapa yang mengambil ilmu dengan sekaligus, maka akan hilang darinya sekaligus. Namun ambilah sedikit-demi-sedikit, bersamaan dengan hari-hari dan malam-malammu”
Pelajarilah hal yang mudah terlebih dahulu, jangan langsung mempelajari hal yang rumit dan sulit, karena untuk mempelajari agama secara mendalam membutuhkan pondasi yang kuat, bukan hanya bermodal dari konten singkat.
Banyak orang yang salah kaprah dalam berhijrah karena kurangnya ilmu dan arahan dari orang yang paham agama, terdapat beberapa kesalahan pada sebagian orang dalam berhijrah, yaitu:
- Hanya fokus pada penampilan saja
Kebanyakan orang saat berhijrah hanya mementingkan penampilan luarnya saja, terlalu sibuk dengan pakaiannya, sehingga lupa bahwa akidah itu juga sangat penting, karena akidah merupakan pondasi dasar agama yang harus dimiliki.
- Hanya ikut ikutan
Luruskan niat dalam berhijrah hanya karena allah, bukan karena ikut-ikutan pada suatu trend atau hanya ingin mendapatkan sesuatu. Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya perbuatan itu bergantung pada niat. Setiap orang memperoleh sesuai dengan apa yang diniatkannya. Orang-orang yang hijrahnya karena Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya menuju Allah dan rasul-Nya. Sementara orang-orang yang hijrahnya karena dunia yang ingin diraihnya atau perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Tidak mau meninggalkan teman/lingkungan yang buruk
Dalam proses hijrah banyak orang yang masih terikat pada teman ataupun lingkungan yang kurang mendukung, mereka bertahan karena takut ditinggalkan atau kehilangan teman lama, berniat untuk mengajak tapi malah terbawa arus dan kembali lagi pada kebiasaan lama. Penting bagi orang yang baru berhijrah untuk selektif dalam memilih teman dekat, carilah lingkungan yang dapat membantumu untuk lebih mendekatkan diri pada allah. Rasulullah bersabda:
“Seseorang itu berada di atas agama teman dekatnya. Maka hendaklah kalian melihat siapa yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Hasan)
- Tidak mau belajar atau kurang semangat dalam berhijrah
Terkadang Sebagian orang berhijrah hanya dengan mengandalkan potongan konten singkat yang lewat di beranda sosial media mereka, hanya sekedar tahu sekilas, namun malas untuk mengetahuinya lebih dalam dan tidak mencari tahu dasarnya, sehingga sering terjadi kesalahpahaman.
- Tidak selektif dalam melilih guru
Hal penting dalam berhijrah adalah memilih guru yang benar dan jelas, karena jika kita salah berguru maka kita akan tersesat, bukan hanya mengandalkan konten singkat media sosial yang kita bahkan tidak tau dasar ilmunya darimana. Karena saat ini sangat banyak hadis-hadis palsu yang mudah menyebar dan dapat menyesatkan orang orang awan, oleh karena itu kita wajib selektif dalam mengambil ilmu agama agar tidak tersesat.
Pada intinya hijrah bukan dilihat dari siapa yang paling cepat berubah, tetapi siapa yang paling konsisten dalam menjaga langkahnya dijalan yang benar. Jangan sampai hijrah dijadikan ajang pencitraan untuk mendapatkan popularitas, tapi jadikan hijrah ini untuk mendekatkan diri pada Allah. Hijrah bukan tentang siapa yang paling sempurna, tetapi tentang siapa yang selalu berusaha istiqomah dan mau berproses dalam ilmu yang benar.
[]Nur Laila Fithriani.
Editor : Juliana Setefani Usain