6 Metode Mengatasi Kemalasan untuk Menemukan Kembali Semangat Hidup

Seseorang terjebak dalam lingkaran kemalasan (Freepik.com-almuhtada.org)

KABARBUANA.COM –  Kemalasan bukan sekadar soal kurang motivasi. Ia seringkali muncul sebagai respons alami terhadap tekanan, ketidakjelasan arah hidup, atau bahkan ketakutan terhadap kegagalan. Namun, di balik rasa malas, tersimpan peluang untuk refleksi dan perubahan asalkan kita tahu pendekatan yang tepat untuk menghadapinya.

Berikut 6 metode dari berbagai pendekatan filosofis dan psikologis yang bisa membantu keluar dari kubangan rasa malas dan menemukan kembali energi untuk bertindak.

  1. Teknik “Memori Kematian” dari Filosofi Stoik

Filsafat Stoik yang diajarkan Marcus Aurelius dalam karyanya “Meditations” memperkenalkan teknik “memento mori” atau mengingat kematian. Konsep ini mengajarkan untuk terus mengingat bahwa hidup ini tidak abadi. Bayangkan seandainya hari ini adalah hari terakhir dalam hidup kita, masihkah kita memilih untuk menghabiskannya dengan menunda-nunda? Kesadaran bahwa waktu sangat terbatas dapat mengubah cara kita memandang aktivitas sehari-hari dan mendorong kita untuk bertindak bukan karena takut, melainkan karena ingin menjalani hidup dengan penuh makna.

  1. Teknik “Habit Stacking” dari James Clear

James Clear sang penulis Atomic Habits menyarankan strategi yang sederhana namun ampuh yaitu dengan menambahkan kebiasaan kecil di atas rutinitas yang sudah ada. Misalnya, setelah selesai minum kopi pagi, langsung menulis satu kalimat dalam jurnal. Teknik ini tidak menuntut kekuatan kehendak yang besar karena rutinitas yang sudah tertanam menjadi pemicu alami untuk kebiasaan baru. Lambat laun perilaku kecil ini terakumulasi menjadi perubahan yang nyata.

  1. Teknik “Obstacle is the Way” dari Ryan Holiday
Baca Juga:  Ingin Khusuk Saat Salat? Berikut Makna Setiap Gerakan Salat Yang Harus Kalian Ketahui!

Rasa malas sering muncul karena kita melihat tugas yang ada sebagai beban. Tapi apa jadinya jika kita mengubah cara pandang? Ryan Holiday dalam bukunya The Obstacle is the Way menantang kita untuk melihat hambatan sebagai bagian dari proses. Alih-alih mengeluh “kenapa harus saya?”, kita bisa bertanya, “apa yang bisa saya pelajari dari ini?” Pergeseran perspektif ini membuka pintu bagi semangat untuk tumbuh dari dalam dan bukan dari tekanan luar.

  1. Teknik “Antithesis” dari Psikologi Adlerian

Dalam psikologi Adlerian, ada gagasan bahwa perasaan bisa dikalahkan oleh tindakan. Jadi ketika kita merasa malas untuk melakukan sesuatu maka lakukan kebalikannya secara sadar. Misalnya, apabila kita malas untuk bergerak maka paksakan diri untuk bergerak lebih dulu selama 5 menit saja. Dengan bergerak, tubuh mulai menciptakan energi sendiri. Kebiasaan kecil ini seringkali cukup untuk mematahkan siklus pasif dan memulai momentum.

  1. Teknik “Siklus Makna” dari Viktor Frankl

Viktor Frankl yang merupakan seorang psikolog percaya bahwa makna adalah kunci untuk bertahan dan berkembang. Dalam kehidupan modern, kita bisa menerapkan pendekatan ini dengan menciptakan “momen bermakna” setiap hari. Misalnya: satu hal baik untuk diri sendiri (seperti olahraga ringan), satu tindakan baik untuk orang lain (membantu rekan kerja), dan satu momen kontemplatif (seperti menikmati matahari terbenam). Dengan begitu, hari kita tidak lagi kosong melainkan penuh dengan nilai.

  1. “Memulai dari Ketidaksempurnaan” dari Wabi-Sabi
Baca Juga:  10 Ajaran Islam yang Bisa Diterapkan Untuk Menggapai Kebahagiaan Sejati

Banyak orang malas bukan karena tidak ingin bergerak tetapi karena menunggu momen yang sempurna. Filosofi Wabi-Sabi dari Jepang mengajarkan bahwa keindahan terletak pada ketidaksempurnaan. Tidak apa-apa jika hasil pekerjaanmu belum maksimal tetapi yang penting adalah memulainya. Biarkan karya “buruk” pertama itu menjadi pintu masuk menuju perbaikan yang terus-menerus. Seringkali langkah pertama yang tidak sempurna adalah pintu menuju produktivitas yang berkelanjutan. [] SHOLIHUL ABIDIN

Related Posts

Latest Post