almuhtada.org – Di tengah kesibukan kuliah, rapat organisasi, tugas menumpuk, dan berbagai target yang ingin dicapai, apakah sempat terbesit di hati kita tentang “Kapan terakhir kali kita berdzikir?”. Kita begitu sibuk dengan urusan dunia, tapi seringkali kita lupa bahwa karena-Nya dunia ini ada untuk kita.
Dzikir bukan hanya tentang membaca tasbih setelah salat. Dzikir adalah cara hati kita bernafas. Saat hati penuh beban, cemas, atau gelisah tanpa sebab, dzikir bisa menjadi penolong. Allah berfirman dalam Al-Qur’an,
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ ٢٨
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Sering kali kita mencari ketenangan lewat liburan, tidur panjang, atau bermain ponsel, tapi tetap saja merasa kosong. Mungkin karena yang kita butuhkan bukan hiburan, tapi kehadiran Allah dalam hati kita.
Sebagai mahasiswa, kita sedang berada di masa paling sibuk dan penuh tantangan. Banyak dari kita yang ingin berkembang, ingin sukses, dan ingin bermanfaat. Namun, dalam semangat mengejar semua itu, kita kadang lupa bahwa dzikir adalah sumber kekuatan yang paling tenang.
Mulailah dari hal kecil. Sisipkan dzikir di sela aktivitas kita sehari-hari. Saat berjalan ke kampus, menunggu dosen datang, mengantri di koperasi, atau bahkan saat rebahan setelah hari yang melelahkan, semua bisa menjadi waktu untuk berdzikir.
Barangkali dzikir menjadi obat dari banyak kosongnya hatimu di tengah kesibukan yang luar biasa. Bergelimang harta tapi kebahagiaannya sama saja atau bahkan obat dari segala sakit yang tak kunjung reda. [Khariztma Nuril Q.]
Editor: Syukron Ma’mun