Almuhtada.org -Hari Raya Idul Fitri adalah momen yang sangat istimewa bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia. Setelah menjalani ibadah puasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan, Idul Fitri menjadi puncak kemenangan atas hawa nafsu dan kesempatan untuk kembali fitri atau kesucian jiwa.
Saat Idul Fitri, umat Islam akan saling memaafkan, mempererat tali silaturahmi, dan berharap kepada Allah untuk mendapatkan ampunan-Nya atas segala kesalahan yang pernah diperbuat. Dalam konteks ini, kita sering mendengar dan menggunakan kata-kata seperti ‘alafu, ashof, maghfiroh, dan ghufron untuk meminta maaf. Meski maknanya berkaitan dengan memaafkan dan mengampuni, namun masing-masing memiliki makna dan kedalaman tersendiri.
- ‘Alafu (العفو)
Secara bahasa, ‘alafu berarti memaafkan dengan menghapus segala kesalahan tanpa mengungkitnya kembali dan bertindak seolah-olah tidak pernah terjadi. Ini adalah bentuk pemaafan yang paling mulia. Allah memiliki nama Al-‘Afuww (العَفُوُّ), yang berarti Maha Pemaaf yang menunjukkan bahwa Dia tidak hanya mengampuni, tetapi juga menghapus jejak dosa.
Doa yang terdapat kata ‘alafu:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي“
“Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku.”
(HR. Tirmidzi)
- Ashof (الصفح)
Kata ashof berarti memaafkan dengan cara menahan amarah dan tidak membalas kesalahan orang lain, meskipun masih mengingat kesalahannya. Ini adalah maaf yang belum sepenuhnya melupakan. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang bisa memberi ashof, namun belum tentu mampu memberi ‘alafu. Pada saat Idul Fitri, umat Islam diajak untuk naik level dari ashof menuju ‘alafu.
- Maghfiroh (المغفرة)
Maghfiroh berasal dari akar kata ghafara yang berarti menutupi atau melindungi, maghfiroh mengandung makna bahwa Allah tidak hanya mengampuni dosa, tetapi juga menutupinya agar tidak mempermalukan hamba-Nya. Maghfiroh adalah bentuk ampunan dari Allah yang tidak hanya menghapus dosa, tetapi juga menutupinya agar tidak menjadi aib. Allah sering kali menggandengkan nama-Nya Al-Ghafur (Maha Pengampun) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang).
Dalam Al-Qur’an disebutkan:
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali ‘Imran: 133)
- Ghufron (الغفران)
Kata ghufron berasal dari akar kata yang sama dengan maghfiroh, yaitu ghafara yang berarti mengampuni atau menutupi dosa. Namun, ghufron lebih sering digunakan dalam bentuk doa atau harapan agar Allah mengampuni seseorang seperti ucapan “ghafara Allahu laka” (semoga Allah mengampunimu).
Hubungannya dengan Hari Raya Idul Fitri
Di hari kemenangan ini, umat Islam tak hanya bersuka cita secara lahiriah, tapi juga secara batiniah. Idul Fitri adalah momen untuk menyucikan hati, meninggalkan dendam, dan saling memaafkan. Dengan mengamalkan ashof dan ‘alafu dalam hubungan antar sesama, serta memohon maghfiroh dan ghufron dari Allah SWT, kita berupaya kembali pada fitrah, jiwa yang bersih seperti bayi yang baru lahir.
Sebagaimana sabda Rasulullah :
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan memaknai kata-kata tersebut, semoga kita bisa menjadikan Idul Fitri bukan hanya sebagai hari raya biasa, tapi sebagai momen untuk berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bersih, dan lebih dekat kepada Allah SWT.
[Alya Rosadiana]