Idealisme Pribadi vs Norma Sosial Saat Menjadi Mahasiswa

High self-esteem illustration (Freepik.com - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Ingat nggak sih? Dengan trend yang kemarin sempat viral di media sosial mengenai trend terbawa arus. Kandungan dari trend ini kurang lebih isinya menggambarkan masa lalu sesorang yang mengagumkan dengan perbandingan kondisinya pada saat ini yang justru kurang dari kata baik. Sebuah cerminan bahwa setiap pertumbuhan tidak selalu diiringi dengan perkembangan yang meningkat bisa jadi malah ada penurunan.

Amanah menjadi seorang Mahasiswa merupakan sebuah privilllage yang tidak bisa dimiliki oleh semua orang, begitu juga dalam menjalankan perannya. Mahasiswa pada era sekarang bukan hanya sekedar duduk dalam kelas, mengejar IPK tinggi, ikut organisasi, kerja kelompok, ikut pengabdian masyarakat atau lain sebagainya. Di balik semua itu ada sebuah pertanyaan yang berputar di dalam otaknya:” siapa aku? Apa tujuan hidupku? Mau kemana aku? Akan jadi apa aku? Pada siapa aku harus percaya? Pada siapa aku harus berteman? Kemana diriku yang kemarin itu?”

Ternyata banyak sekali hal yan tergeser dalam hidup kita karena mengenal lingkungan baru termasuk dengan norma yang berlaku di dalamnya. Menjadi seorang idealisme bukan berarti kita juga harus menolak semua tatanann yang berlaku dalam satu lingkunga, tetapi mengimplementasikan makna dari idealisme itu sendiri dalam memilih arah yang akan di tuju. Kepada nilai mana yang akan diambil, pastinya pada nilai yang benar-benar diyakii dan bisa dikompromikan. “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh anak muda.” – Tan Malaka.

Baca Juga:  Bukan Soal Sibuk : Tapi Bagaimana Cara Kita Membagi Waktu

Budaya sogok menyogok menjadikan prinsip baru yang melencong seperti, “Zaman sekarang harus realistis, yang penting duitnya.” Tidak semudah itu menjadi idealisme terkadang, idealisme sering kali diuji saat bertemu realita. Adaptasi bukan berarti menyerah dengan lingkungan tetapi berusaha bersikap fleksibel dengan tetap bertahan di dunia nyata.

masa ini, idealisme akan diuji, mungkin juga diremehkan. Tapi bukan berarti harus dilupakan. Justru di tengah hiruk-pikuk tuntutan dan ekspektasi, kita perlu bertanya lebih sering: apa yang benar-benar penting buatku?. Tidak ada mahasiswa yang sempurna untuk itu, jadilah mahasiswa yang jujur dengan diri sendiri Itu jauh lebih berarti. [Lailia Lutfi Fathin]

Editor : Aulia Cassanova

Related Posts

Latest Post