Mengharapkan Pahala dalam Beramal, Apakah itu Masuk Ikhlas?

Ilustrasi seseorang yang berjalan menuju cahaya terang mencari esensi keikhlasan dalam harapan memperoleh pahala dari amalnya (freepik.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Sebagai seorang muslim dan Muslimah kita mengetahui bahwa bertakwa tentulah harus lillahi ta’ala, namun sering kali ketika kita melakukan suatu amal kita masih mengharapkan pahala dari Allah SWT. Hal itu pun terjadi di dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Jika demikian, apakah itu berarti kita tidak sepenuhnya ikhlas? Apakah mengharapkan pahala dari Allah masih termasuk dalam kategori ikhlas?

Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an mengenai keikhlasan dalam beribadah. Dalam Surah Al-Bayyinah ayat 5, Allah berfirman:

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan salat serta menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS Al-Bayyinah: 5)

Baca Juga:  Mengimani Rukun Iman ke Enam

Dari ayat tersebut, jelas bahwa setiap ibadah harus dilakukan dengan penuh keikhlasan hanya untuk Allah. Dalam hadis pertama dalam Shahih Al-Bukhari, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari)

Berdasarkan hadis ini, seseorang yang melakukan ibadah dengan niat karena Allah, maka Allah akan memberikan pahala sesuai dengan niatnya. Hadist tersebut juga mengingatkan kita agar segala sesuatu yang kita lakukan haruslah diniatkan karena Allah SWT, apa yang Allah perintah untuk dilakukan, maka lakukanlah dengan ikhlas.

Baca Juga:  Apa itu Baik Bagimu, jika Ternyata itu Buruk Bagimu

Lantas apakah orang yang mengharapkan pahala masuk ke dalam kategori ikhlas karena Allah SWT? Dalam tausiah yang di sampaikan Ustaz Adi Hidayat, beliau menyampaikan bahwa hal ini berkaitan dengan pernyataan menarik dalam Al-Qur’an yakni QS Ali Imran ayat 133-134.

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَواتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ١٣٣

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali Imran: 133)

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالَّضَّرَّاءِ وَالكَاظِمِينَ الغَيْظَ وَالعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ المُحْسِنِينَ ١٣٤

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran: 134)

Dari ayat ini, Allah memerintahkan hamba-Nya untuk bergegas dalam beramal dan bertobat demi memperoleh surga. Jika ada salah siang hari jangan tunggu malam, bisa jadi sore kita sudah kehilangan usia kita. Ustaz Adi Hidayat menegaskan Allah itu minta sama kita  beramal untuk bisa masuk surga dan orang yang ingin beramal untuk bisa mendapatkan surga itu termasuk bagian yang mengikuti ketentuan Allah, maka masuklah ia ke dalam kategori ikhlas. Dengan demikian, mengharapkan pahala tidaklah bertentangan dengan keikhlasan, selama niatnya tetap karena Allah dan mengikuti perintah-Nya. [Rezza Salsabella Putri]

Editor: Syukron Ma’mun

Related Posts

Latest Post