Puasa Ramadhan Sebagai Bentuk Penyucian diri

Ilustrasi Bulan Ramadhan (pixabay.com -almuhtada.org)

almuhtada.org Kita semua tahu bahwa puasa tidak hanya dijadikan sebagai kompetisi dalam kebaikan, tetapi juga sebagai cara untuk menahan rasa haus dan menjauhi tindakan yang dilarang oleh Allah SWT.

Bulan Ramadhan juga berfungsi sebagai pelatihan spiritual untuk diri kita, di mana pada waktu ini kita berusaha untuk lebih mendekat kepada pencipta langit, bumi, dan segala isinya.

Melalui ibadah dzikir, salat malam, membagikan takjil, serta berbagai amal baik lainnya, harapan untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT pun semakin meningkat.

Di bulan Ramadhan, Allah SWT akan melipatgandakan amalan kebaikan, dan memberikan keberkahan di dalamnya.

Allah SWT membuka pintu surga dan menutup rapat pintu neraka, dan membelenggu para setan yang biasanya memanipulasi manusia dalam kelemahan mereka.

Namun, di bulan Ramadhan ini, setan tidak bisa mengganggu manusia, tetapi ada musuh lain yang harus dihadapi, yaitu hawa nafsu.

Nafsu terbagi menjadi tiga kategori yaitu:

Nafsu Muthmainnah, merupakan nafsu yang terpuji, berkaitan dengan kesadaran jiwa seseorang hamba kepada Allah SWT melalui iman dan amal salihnya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ . ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً

 

Artinya: “Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas dan diridhai-Nya.” [QS. al-Fajr: 27-28].

Nafsu Lawwamah, yang berhubungan dengan nafsu tercela. Nafsu ini dianggap tercela karena dapat menjerumuskan seseorang melakukan kesalahan, baik besar maupun kecil, atau mengabaikan perintah yang bersifat wajib maupun yang dianjurkan.

Baca Juga:  Bulan-Bulan Terkabulnya Doa

Allah Subhanahu Wa Ta’ala merujuk pada jenis nafsu ini dalam al-Quran,

وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

 

“Aku bersumpah dengan menyebut nafsu lawwamah.” [QS. al-Qiyamah: 2]

Nafsu Ammarah bis su’u

Adapun yang ketiga adalah nafsu Ammarah bis su’u, yakni nafsu yang selalu mendorong seseorang untuk berbuat dosa dan melakukan perilaku tercela, serta menyimpang dari yang halal dan benar.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan nafsu ini dalam surah Yusuf,

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

 

Artinya: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali nafsu yang telah dirahmati oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Yusuf: 53].

Semoga bermanfaat [] Azizah Fiqriyatul Mujahidah

Editor : Aulia Cassanova

Related Posts

Latest Post