Almuhtada.org – Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, di mana umat Islam berlomba-lomba dalam kebaikan. Salah satu keyakinan yang sering dibicarakan adalah bahwa setan dikurung selama bulan Ramadhan. Namun, masih banyak orang yang bertanya-tanya, jika setan dikurung, mengapa masih ada orang yang berbuat maksiat atau berperilaku buruk di bulan yang suci ini?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ، فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
“Apabila datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadist tersebut terdapat kallimat ‘setan-setan dibelenggu’, umumnya sering kita menangkap makna dari kata ‘dibelenggu’ tersebut ialah seolah-olah setan benar-benar diikat secara fisik. Namun, para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “setan dibelenggu” adalah bahwa mereka lebih sulit untuk menggoda manusia di bulan Ramadhan. Ini terjadi karena banyaknya orang yang beribadah, membaca Al-Qur’an, dan berbuat kebaikan sehingga setan kehilangan pengaruhnya.
Namun, meskipun setan dibelenggu, masih saja kita jumpai manusia yang melakukan perbuatan jahat bahkan seperti ‘kesetanan’. Tidak usah jauh-jauh, ketika kita membuka sosmed kemudian membaca kolom komentar terkadang masih saja kita jumpai hate comments di Bulan Ramadhan yang merendahkan, bullying, nyinyir, bahkan mengadu domba orang lain.
Lebih luas lagi, masih saja kita jumpai orang-orang jahat yang berani berbuat maksiat di bulan puasa, berani menzalimi orang lain, mengambil hak orang lain dan memanfaatkannya untuk keuntungan sendiri. Mengapa demikian? Itu semua tidak serta merta karena ulah setan. Setan memang berperan dalam menggoda manusia, tetapi manusia juga memiliki hawa nafsu yang bisa menjerumuskannya ke dalam keburukan dan berbuat dosa. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)
Hawa nafsu adalah bagian dari diri manusia yang mendorongnya kepada kejahatan jika tidak dikendalikan. Oleh karena itu, bulan Ramadhan sebenarnya adalah momentum bagi setiap Muslim untuk melatih pengendalian diri dan menekan hawa nafsu, bukan sekadar menyalahkan setan atas perbuatan buruk yang terjadi.
Selain itu, di bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup. Ini menandakan betapa banyaknya keberkahan dan ampunan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam beribadah. Apabila semakin banyak orang yang semakin rajin beribadah, shalat malam, dan membaca Al-Qur’an hingga menjelang subuh akan menyebabkan suasana menjadi penuh dengan energi kebaikan yang membuat setan semakin sulit untuk memengaruhi manusia. Dalam kondisi seperti ini, setan seakan “tak berdaya” dan “mager” untuk mengganggu orang-orang yang sibuk beribadah.
Jadi, jika masih ada keburukan di bulan Ramadhan, jangan buru-buru menyalahkan setan. Mari kita introspeksi diri, apakah kita sudah benar-benar memanfaatkan bulan suci ini dengan baik? Karena pada akhirnya, kemenangan sejati dalam Ramadhan adalah ketika kita berhasil mengalahkan hawa nafsu kita sendiri. Stop salahkan setan atas segala sesuatu keburukan yang kita lakukan, gunakan bulan Ramadhan ini sebagai event upgrade diri menjadi pribadi yang lebih bertaqwa. [] Rezza Salsabella Putri