Meneladani Kisah Perjalanan Nabi Ibrahim dalam Mencari Tuhan

Ilustrasi perjalanan dalam mencari tuhan (freepik.com - almuhtada.org)

Almuhtada.org –  Nabi Ibrahim adalah salah satu sosok inspiratif dalam sejarah agama islam yang dikenal karena pencariannya akan Tuhan yang sejati. Sejak kecil, beliau tumbuh di tengah masyarakat yang penuh dengan penyembahan berhala.

Bahkan ayah dari Nabi Ibrahim sendiri adalah seorang pembuat patung yang menjadi sesembahan kaumnya. Namun Nabi Ibrahim tidak pernah merasa tenang dengan praktik tersebut. Dalam hatinya, beliau yakin bahwa berhala-berhala itu bukanlah Tuhan yang sesungguhnya.

Seiring bertambahnya usia dan kedewasaan pikirannya, Nabi Ibrahim mulai merenungkan tentang keberadaan Tuhan yang sebenarnya. Beliau sadar bahwa semua makhluk pasti memiliki pencipta.

Dengan akal yang jernih beliau menyadari bahwa patung-patung yang disembah oleh masyarakat Babilonia tidak memiliki kekuatan apa pun karena tidak bisa makan, minum, atau berbicara. Mustahil sesuatu yang tidak berdaya dapat menjadi Tuhan yang sejati.

Dalam pencariannya, Nabi Ibrahim mulai mengamati alam. Suatu malam, beliau melihat bintang yang bercahaya terang di langit dan berpikir bahwa mungkin bintang itu adalah Tuhan. Namun, ketika bintang tersebut menghilang, beliau sadar bahwa Tuhan sejati tidak mungkin lenyap begitu saja.

Kemudian beliau melihat bulan yang lebih besar dan bercahaya lebih terang. Beliau kembali berpikir bahwa mungkin bulan adalah Tuhan. Namun, ketika fajar tiba dan bulan menghilang, beliau menyadari bahwa Tuhan tidak mungkin sesuatu yang muncul dan hilang.

Baca Juga:  PEREMPUAN WAJIB TAHU!! INI DIA AMALAN PEREMPUAN YANG SEDANG HAID PADA MALAM LAITUL QODAR

Selanjutnya saat matahari terbit beliau melihat bahwa matahari jauh lebih besar dan lebih terang dibandingkan bintang dan bulan. Beliau kembali berpikir bahwa mungkin matahari adalah Tuhan. Namun, ketika matahari terbenam di ufuk barat, beliau semakin yakin bahwa Tuhan tidak mungkin sesuatu yang memiliki keterbatasan waktu dan ruang.

Dari semua pengalaman yang telah di lalui, Nabi Ibrahim akhirnya menyimpulkan bahwa Tuhan bukanlah sesuatu yang tampak oleh mata manusia dan tidak bergantung pada waktu maupun tempat. Tuhan adalah pencipta segala sesuatu, bukan bagian dari ciptaan itu sendiri.

Perjalanan spiritual Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan diabadikan dalam Al-Qur’an, khususnya dalam Surah Al-An’am ayat 78. Kisah ini mengajarkan bahwa pemurnian tauhid tidak terjadi secara instan, melainkan melalui proses panjang yang melibatkan pencarian, perenungan, dan penghilangan keyakinan yang salah sebelum menemukan kebenaran yang hakiki.

Relevansi kisah ini tetap terasa hingga zaman modern. Meskipun manusia saat ini tidak lagi banyak menyembah berhala dalam bentuk patung, tetapi bentuk penyimpangan keyakinan tetap masih ada.

Misalnya saja ketergantungan pada benda-benda yang dianggap membawa keberuntungan, seperti jimat atau ritual tertentu yang tidak sesuai dengan ajaran tauhid. Selain itu, ada juga praktik kepercayaan yang bercampur dengan tahayul dan mitos yang secara tidak sadar menodai kemurnian tauhid seseorang.

Pesan utama dari kisah Nabi Ibrahim yang dapat diterapkan dalam kehidupan saat ini adalah bahwa kemurnian tauhid hanya dapat dicapai setelah seseorang menyingkirkan segala bentuk sesembahan palsu yang ada dalam dirinya. Baru setelah ia membersihkan keyakinannya dari unsur-unsur yang menyimpang, pengakuannya terhadap Tuhan menjadi kokoh dan utuh.

Baca Juga:  Menghadapi, Bukan Menghindar: Jalan Kuat Seorang Muslim dalam Ujian Hidup

Dengan menjadikan kisah Nabi Ibrahim sebagai teladan, kita dapat lebih memahami esensi dari keimanan yang sejati yaitu keyakinan yang tidak bercampur dengan unsur-unsur yang menyimpang dari ajaran Tuhan yang sebenarnya. [] SHOLIHUL ABIDIN

Related Posts

Latest Post