Almuhtada.org – Takjil merupakan salah satu hidangan berbuka puasa sebagai makanan pembuka.
Di Indonesia, takjil ramai dijual saat menjelang berbuka. Sampai ada sebuah trend berburu takjil baik muslim maupun non muslim.
Kata takjil berasal dari bahasa Arab, yaitu ta’jīl (تَعْجِيْلٌ) yang berarti “penyegaran”, kata takjil juga merupakan turunan dari kata ajjala (عَجَّلَ) yang berarti “menyegerakan”.
Jadi, takjil itu berarti menyegerakan berbuka puasa.Hal ini sesuai dengan sunnah rasul bahwa menyegerakan berpuka puasa itu sunnah.
Apa perbedaan takjil dan iftar?
Keduanya memiliki ciri khas yang berbeda, takjil sendiri berupa makanan ringan seperti risol, lapis, pastel, dadar gulung, dll. Sedangkan iftar berupa makanan berat seperti nasi kotak dll.
Dua kata tersebut sering dijumpai dalam banyak hadits karena merupakan keutamaan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Allah SWT juga berfirman sebagai berikut:
وَاَحَلَّ اللّٰهُ الۡبَيۡعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰوا
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Al Baqarah: 275).
Oleh karena itu, setiap berburu takjil hukumnya boleh dan seharusnya kita juga bisa menjadi bagian dari donatur atau pemberi takjil.
Namun, dalam praktiknya, banyak orang yang hanya fokus pada berburu takjil untuk diri sendiri tanpa memikirkan keberkahan berbagi dengan sesama.
Padahal, memberikan makanan untuk berbuka puasa memiliki keutamaan besar di sisi Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun.” (HR. Tirmidzi).
Dari hadis ini, kita dapat memahami bahwa berbagi takjil bukan hanya sekadar memberi makanan, tetapi juga menjadi ladang pahala yang tak ternilai.
Selain itu, berburu takjil juga bisa menjadi momen untuk mempererat ukhuwah Islamiyah, baik dengan sesama muslim maupun dengan masyarakat secara umum.
Di berbagai daerah di Indonesia, ada tradisi berbagi takjil gratis di masjid, pinggir jalan, atau tempat-tempat umum lainnya.
Kegiatan ini mengajarkan nilai-nilai sosial, seperti kepedulian, kebersamaan, dan gotong royong.
Dengan demikian, berbagi takjil bukan hanya sekadar kebiasaan berbuka, tetapi juga manifestasi nyata dari ajaran Islam tentang saling tolong-menolong dalam kebaikan. []Najwa Khofifahtul Azizah
Editor : Aulia Cassanova