Menghindari Perilaku Ekstrem dan Meningkatkan Jiwa Moderasi dalam Beragama

Ilustrasi sekumpulan orang yang membawa senjata tajam dan diduga sebagai teroris (pinterest.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Teroris tidak asing lagi ditelinga kita, bahkan kata ini berkaitan secara erat dengan agama islam. padahal sejatinya di dalam islam selalu diajarkan hal-hal baik tentang memperlakukan orang lain, walaupun berbeda keyakinan.

Pengeboman yang pernah dilakukan di tempat ibadah orang kristen, katholik, hindu, budha dan lain sebagainya, dimana pelakunya beragama islam, menambah citra buruk terhadap agama Islam. padahal pelaku merupakan oknum dan orang islam sendiri pun menentang tindakan tersebut, bahkan warga desa tempat pelaku tinggal menolak mentah pemakaman pelaku di desa mereka, dimana notabennya warga merupakan orang islam.

Salah satu faktor pelaku mau menjadikan dirinya alat untuk membunuh orang lain adalah adanya kesalah pahaman tentang ilmu agama, dimana dalam pemahamannya dia akan meninggal dalam keadaan syahid karena telah memerangi orang yang mereka kira kafir.

Dalam Quran memang kita diharuskan memerangi orang kafir, namun tidak sembarang orang, dimana orang kafir yang dimaksud adalah orang yang mengganggu kedamaian islam, dan orang yang memang sengaja ingin berperang dengan orang islam.

Namun, karena kurang bisa menyaring informasi, atau mungkin terlalu banyak dimasukan informasi menyimapng tentang agama, membuat orang tersebut mau menjadi teroris.

Selain faktor diatas ada banyak faktor yang menyebabkan orang tersebut menjadi teroris, bahkan ada organisasi tersendiri yang mengajak untuk berperilaku tidak sesuai syariat islam. Taktik mereka adalah dengan cara mencuci otak anggotanya, dan meyakinkan bahwa menjadi teroris adalah hal yang mulia, dan kebanyakan anggotanya adalah orang yang terlihat taat beragama.

Baca Juga:  Batasan Toleransi Antar Umat Beragama di Lingkungan Kampus

Beribadah memang yang paling utama, namun ketika terlalu ekstrem menggali informasi tetapi diri tidak memiliki iman yang kuat, justru menjadi masalah. Akan ada kesalah pahaman terhadap keyakinan yang seharusnya tidak menjadi acuan untuk berbuat suatu keburukan, tetapi orang tersebut mengira itu adalah suatu kebaikan.

Mahasiswa banyak menjadi sasaran para pelaku terorisme untuk bergabung dalam komunitasnya. awal mula mereka akan diajak bergabung kedalam komunitas yang berbau agama, namun lama kelamaan mereka akan diajak ke hal yang menyimpang.

Bukan tanpa sebab mahasiswa menjadi incaran, karena mahasiswa dianggap sebagai orang yang frontal dan berani dalam mengemukakan pendapat ke hal-hal yang mereka anggap tidak sesuai kaidah, oleh sebab itu mudah bagi para pelaku menghasut mahasiswa menjadi terorisme dengan memberikan informasi bahwa calon korban terorisme pantas mendapat hal-hal keji.

Ekstremisasi dalam beragama merupakan pengaruh mempelajari agama secara instan, dalam artian ketika mendalami ilmu agama tanpa disertai informasi dari sumber lain, mereka terlalu berfokus pada satu sumber tanpa memperdulikan sumber lain padahal sumber yang mereka yakini belum tentu benar. Orang yang seperti itu, artinya tidak memahami moderasi beragama.

Dalam video di akun youtube Quraish Shihab, M Quraish Shihab memaparkan bahwa “Moderasi beragama diartikan sebagai keseimbangan dalam beragama.” Artinya orang yang bersifat moderasi memiliki rasa toleransi tinggi, sehingga tidak memaksakan kehendak orang lain apalagi dalam menganut kepercayaan.

Baca Juga:  Moderasi Beragama : Toleransi Dalam Bingkai Syari’at Islam

Sebagai umat islam memang memiliki batasan toleransi terhadap penganut kepercayaan lain, namun jangan sampai batasan itu melalaikan kita tentang adanya hak milik orang lain. []Nathasya Putri Ratu

Related Posts

Latest Post