Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa dalam tahiyat akhir shalat kita menyebut nama Nabi Ibrahim as. setelah bershalawat kepada Nabi Muhammad saw.? Ternyata, penyebutan ini bukan tanpa alasan. Ada hikmah mendalam dan sejarah panjang di baliknya.
Nabi Ibrahim as. adalah sosok yang dijuluki sebagai bapak para nabi dan memiliki peran penting dalam sejarah dakwah tauhid. Beliau teguh dalam mengajarkan keyakinan kepada Allah yang Esa dan menentang penyembahan berhala. Penyebutan namanya dalam shalawat menjadi bentuk penghormatan terhadap perjuangan dan keteladanannya yang terus relevan hingga kini.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw. mengajarkan umatnya untuk membaca shalawat dengan menyebut nama Ibrahim as. Hal ini berkaitan dengan permintaan para sahabat yang ingin mengetahui cara terbaik memanjatkan shalawat kepada Rasulullah saw. Allah swt. telah memuliakan keturunan Ibrahim dengan menjadikan mereka sebagai pewaris risalah tauhid, termasuk di dalamnya Nabi Muhammad saw.
Penyebutan nama Ibrahim juga menegaskan kesinambungan ajaran tauhid dari masa ke masa. Nabi Muhammad saw. tidak membawa ajaran baru, melainkan menyempurnakan risalah yang telah disampaikan nabi-nabi sebelumnya, terutama Nabi Ibrahim as. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Surah Al-An’am ayat 161, bahwa Rasulullah diperintahkan mengikuti ajaran Nabi Ibrahim yang lurus (hanif).
Selain itu, ada pesan persatuan dalam shalawat ini. Dengan menyebut nama Nabi Ibrahim, umat Muslim diingatkan bahwa ajaran tauhid adalah warisan universal yang menghubungkan berbagai komunitas Muslim di seluruh dunia, tanpa terikat ruang dan waktu.
Maka, ketika kita membaca shalawat dalam tahiyat akhir, kita tidak hanya sedang memuliakan Rasulullah saw., tetapi juga mengenang perjuangan Nabi Ibrahim as. dalam menjaga kemurnian tauhid. Inilah pengingat bahwa keimanan dan keteguhan hati mereka adalah warisan berharga yang harus dijaga sepanjang hayat. [Adinda Aulia]