Mengambil Makna Kehidupan Melalui Daun

Ilustrasi Kumpulan Dedaunan (freepik.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Daun akan jatuh dari pohon bila waktunya tiba. Ia membiarkan pohon menjatuhkan dirinya, lalu terbang bersama angin. Ia memberikan segala kepercayaan pada takdir yang memang digariskan untuknya.

Mungkin, sebagian dari teman-teman sudah tidak asing lagi dengan novel “Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” Karya Tere Liye. Novel tersebut mengajarkan banyak makna kehidupan, tentang bagaimana kita bisa menerima, menjalani segala hal yang memang ditakdirkan untuk kita, meski sulit untuk melakukannya. Artikel ini tidak membahas novelnya, melainkan satu kata yang ada pada judulnya, yakni “daun”.

Istilah “Daun yang jatuh tak pernah membenci angin” membuat pikiran kita mencari tahu makna dibalik kalimat tersebut. Apa maksudnya, dan kenapa. Tentu ungkapan tersebut juga berkaitan dengan siklus kehidupan tumbuhan, yang mengajarkan banyak makna kehidupan.

Baca Juga:  Amalan Harian yang Mudah, namun Besar Manfaatnya

Memang pada hakikatnya daun ditakdirkan untuk jatuh bila waktunya tiba. Jatuhnya daun dapat disebabkan oleh berbagai hal, bisa karena faktor musim, penuaan, dan lain sebagainya.

Angin yang kencang juga menyebabkan daun terlepas dari pohonnya, jatuh ke tanah atau terbang bersama angin. Ke mana angin itu pergi, daun mengikutinya. Daun tak pernah sekali pun melawan angin, ia tetap membiarkan dirinya jatuh ke tanah atau mengikuti ke mana angin akan pergi. Daun selalu begitu, ia tak pernah melawan sesuatu yang memang sudah menjadi takdirnya.

Hal tersebut tentu mengajarkan banyak hal, tentang bagaimana kita memposisikan diri, menerima takdir, dan menjalani segala kehidupan dengan kemampuan diri kita.

Memposisikan diri

Berarti kita mencoba untuk menjalani kehidupan dengan posisi yang ada pada diri kita sekarang. Daun memposisikan dirinya sebagai daun. Ia akan terlepas dari pohonnya bila waktunya tiba. Itulah kehidupan daun.

Posisi manusia adalah sebagai makhluk yang diciptakan. Adapun tujuan utama manusia diciptakan adalah untuk beribadah. Maka dari itu, kita harus beribadah kepada Allah Swt, taat pada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Memposisikan diri juga berkaitan dengan peran atau bisa juga berkaitan dengan profesi kita di dunia. Misalnya, kamu sekarang bekerja sebagai seorang guru, berarti kamu harus bersikap layaknya seorang guru. Bagaimana kamu menjalani aktifitas mengajar, menjadi panutan, dan lain sebagainya.

Menerima Takdir

Berarti kita menerima segala skenario kehidupan yang digariskan oleh Allah Swt. untuk diri kita dengan lapang dada, tanpa sedikit pun merasa bahwa Allah Swt. itu ga adil. Daun menerima takdirnya, bahwa ia akan terlepas dari pohon. Ia akan mengikuti ke mana angin akan membawanya.

Sebagai makhluk yang diciptakan, kita harus menerima takdir yang telah ditentukan, menjalaninya dengan lapang dada. Meski kehidupan yang ingin kita jalani bukan kehidupan seperti yang dijalani sekarang. Kehidupan yang kita jalani sekarang adalah kehidupan yang paling baik, karena Allah Swt. yang menentukan.

Baca Juga:  Menjadi Cahaya di Antara Gelapnya Hidup

Menjalani Kehidupan Sesuai dengan Kemampuan

Berarti kita melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang kita bisa. Daun menjalani kehidupannya sebagai daun. Jika ia sudah rusak, maka ia akan jatuh. Kemampuan daun hanya sampai di situ.

Begitu juga dengan kita sebagai manusia, kita tidak perlu menjalani sesuatu di luar kemampuan yang dimiliki, karena kemampuan seseorang berbeda-beda. Cukup menjadi dirimu sendiri dengan segala kemampuanmu. [Nayla Syarifa]

Editor: Syukron Ma’mun

Related Posts

Latest Post