Almuhtada.org – Pernahkah kalian mendengar kisah tentang nabi Musa yang menampar malaikat maut?
Dikisahkan Allah mengutus malaikat Izrail untuk menemui nabi Musa dalam wujud seorang pria. Begitu malaikat Izrail ini sampai di hadapan nabi Musa, ia berkata kepada nabi Musa bahwa ajalnya sudah dekat dan kematiannya akan segera tiba.
Nabi Musa yang dikenal memiliki sifat yang tegas dan keras, begitu mendengar hal itu ia langsung menampar dan menghantam malaikat Izrail yang sedang dalam wujud manusia itu dengan begitu kerasnya. Pukulannya begitu kuat hingga bola mata malaikat tersebut keluar dan pecah.
Setelah kejadian itu, malaikat maut Kembali menghadap Allah dan mengadukan apa nabi Musa perbuat padanya. “Ya Allah, Engkau telah mengutusku untuk menemui hamba-Mu yang tidak ingin menemui kematian. Sekarang mataku pecah akibat dipukul olehnya.”
Allah lalu mengembalikan mata malakat Izrail menjadi bentuk normal seperti semula. Allah berfirman, “Kembalilah kamu kepada hamba-Ku itu dan sampaikan kepadanya, apakah engkau ingin terus menginginkan kehidupan?”
Dengan penuh ketaatan, malaikat Izrail Kembali lagi turun ke bumi untuk menemui nabi Musa untuk menjalankan tugasnya.
Sesampainya di hadapan nabi Musa, malaikat Izrail berkata, “Ketahuilah bahwa aku adalah malaikat maut yang diutus oleh Allah untuk mencabut nyawamu.”
Sesaat sebelum nabi Musa menjawab, turun firman Allah, “Apakah engkau terus menginginkan kehidupan?”
Malaikat Izrail lalu mendatangkan seekor lembu. “Jika kau masih ingin hidup, letakkan tanganmu pada lembu itu. Setiap helai bulu yang tertutup tanganmu, maka itulah bertambahnya satu tahun usiamu di dunia.”
Nabi Musa termenung sembari memikirkan apa yang harus ia lakukan. Lalu ia bertanya, “Lantas, apa yang akan terjadi setelah itu ya Allah?” Allah menjawab, “Tetaplah engkau akan meninggal.”
“Wahai Tuhanku, sekarang aku menginginkan kematian dalam waktu dekat” jelas nabi Musa.
Namun sebelum malaikat Izrail mencabut nyawanya, nabi Musa meminta kepada Allah untuk menjalani sisa hidupnya di tanah suci, Baitul Maqdis. Allah pun mengabulkan permohonan itu.
Nabi Musa diamanahkan untuk memimpin atau memerintahkan bani Israil. Dengan izin Allah, ia memerintahkan bani Israil untuk bangkit merebut kota suci tersebut dari orang-orang zalim yang sedang mendudukinya.
Namun bukannya menerima, bani Israil malah menolak dan memberikan jawaban yang angkuh dan tidak bermoral. Perbuatan mereka diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 24 yang berbunyi;
قَالُوْا يٰمُوْسٰٓى اِنَّا لَنْ نَّدْخُلَهَآ اَبَدًا مَّا دَامُوْا فِيْهَاۖ فَاذْهَبْ اَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَآ اِنَّا هٰهُنَا قٰعِدُوْنَ ٢٤
Artinya: Mereka berkata, “Wahai Musa, sesungguhnya kami sampai kapan pun tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya. Oleh karena itu, pergilah engkau bersama Tuhanmu, lalu berperanglah kamu berdua. Sesungguhnya kami tetap berada di sini saja.”
Lalu, malaikat Izrail pun mencabut nyawa nabi Musa. Ia dimakamkan di tempat di mana ia menghembuskan nafas terakhir kalinya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah kemudian Rasulullah bersabda, “Seandainya aku (Muhammad) ke sana, maka akan aku tunjukkan kepada kalian keberadaan kuburnya yang ada di pinggir jalan di sisi bukit pasir merah.” (HR Bukhari & Muslim). [] Alya Rosadiana
Editor: Alfian Hidayat