Almuhtada.org – Pernahkah teman-teman mendengar istilah, “Orang tua pasti lebih bijak” atau mungkin, “Laki-laki lebih bijak dalam mengambil keputusan”, ungkapan ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Tanpa kita sadari, banyak dari kita sering mengartikan dan mengaitkan kebijaksanaan seseorang dengan usia, gender, maupun status sosial. Kita sering mengartikan bahwa semakin tua seseorang maka akan semakin bijak, atau semakin tinggi status sosial sesesorang maka semakin bijak.
Pertanyaannya, apakah kebijaksanaan itu soal umur kita atau siapa kita di masyarakat?
Kenyataannya, kebijaksanaan seseorang tidak bisa diukur dengan hal-hal semacam itu. Bijak adalah bagaimana cara kita berpikir, berbicara, dan bertindak dalam berbagai situasi.
Kebijaksanaan lebih dari sekadar label atau citra yang diberikan kepada seseorang. Ini adalah proses yang berasal dari pengalaman hidup, keinginan untuk belajar lebih banyak, dan kemampuan untuk merespons situasi dengan tenang dan sadar. Menjadi bijak dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, di mana saja, tidak peduli usia, gender, atau status sosial mereka. Inilah yang membuat kebijaksanaan begitu penting dan patut kita usahakan setiap hari.
- Bijak dalam Mendengar dan Berbicara
Orang bijak tahu bahwa dengan mendengar merupakan langkah awal menuju pengertian. Mereka tahu dan tidak terburu-buru dalam memberikan komentar maupun menyela percakapan. Sebagaimana dalam hadis, Rasulullah SAW mengajarkan untuk memilih kata-kata dalam berucap dengan bijak.
“Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam.” (Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Jangan sampai perkataan kita yang tidak baik kepada orang lain membuat kekacauan di tengah-tengah masyarakat dan merusak hubungan harmonis yang telah tumbuh dan terpelihara di dalamnya. Berkata apa saja boleh, asalkan jangan berlebihan sehingga nantinya ucapan kita tidak dapat disaring dan perkataan buruk pun mengarah kepada orang lain, akhirnya hal itu menimbulkan kerusakan dan penyakit hati, baik bagi orang yang berbicara maupun mendengarnya.
- Bijak dalam Menghadapi Ujian Hidup
Kita tentunya sebagai manusia perlu bijak dalam menerima sebuah permasalahan. Sebagaimana orang bijak, yang memahami bahwa ujian hidup, cobaan, maupun masalah yang ada di dalam hidup kita merupakan bagian dari perjalanan hidup yang harus dihadapi denagn kesabaran dan keikhlasan.
Dalam QS. Al-Baqarah[2]: 286 Allah bersabda:
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَاۗ
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya”.
Bagaimana seseorang menangani cobaan adalah kunci kebijaksanaan. Mereka tidak mengeluh; sebaliknya, mereka mencari solusi dan belajar dari setiap pengalaman. Oleh karena itu, ujian hidup dapat digunakan untuk meningkatkan iman dan meningkatkan batin.
- Bijak dalam Mengambil Keputusan
Mengambil keputusan dengan bijak bukan berarti lambat, tetapi penuh pertimbangan. Orang bijak selalu mencari keseimbangan antara logika dan hati, serta mempertimbangkan dampak dari setiap keputusan yang diambil.
Dalam QS. Ash-Shura[42]: 38, Allah menyebutkan pentingnya musyawarah:
وَاَمْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْۖ
Ini menunjukkan bahwa kebijaksanaan juga berarti mendengarkan pendapat orang lain dan menghargai proses pengambilan keputusan kolektif.
Kebijaksanaan tidak bergantung pada penampilan, posisi, atau pengakuan orang lain. Sebaliknya, kebijaksanaan berasal dari proses pembelajaran, pengendalian diri, dan keinginan tulus untuk menjadi lebih baik. Semua orang dapat menjadi bijak jika mereka mau belajar, mendengar, dan bersikap rendah hati.
Hidup penuh dengan masalah dan pilihan, tetapi jika kita bijak, kita bisa menjalani semuanya dengan lebih santai dan memiliki arti. Karena orang bijak dilihat dari apa yang mereka lakukan, bukan dari siapa mereka, mari kita masukkan kebijaksanaan ke dalam kehidupan kita. Kita semua memiliki kesempatan untuk memulai perjalanan bijak hari ini karena itu adalah perjalanan yang tidak pernah usai.
Salah satu cara ampuh untuk meningkatkan kebijaksanaan kita adalah dengan pengalaman, dan pengalaman ini bukan hanya didapatkan dari sebuah kejadian yang langsung kita alami, melainkan bisa juga dari apa yang kita baca, kita simak, dan kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. [] Raffi Wizdaan Albari