Almuhtada.org – Setiap manusia pastinya tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa. Namun, Allah dengan rahmat dan kasih sayang-Nya selalu memberikan banyak jalan bagi hamba-Nya untuk mendapatkan ampunan.
Melalui ceramah yang diunggah di channel youtubenya pada 11/09/2024, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa ada lima cara atau tahapan Allah mengampuni dosa dan tentunya akan memberikan harapan besar bagi kita semua. Berikut ini adalah lima tahapan tersebut.
- Allah Memaafkan Kesalahan
Kesalahan adalah suatu hal yang sangat manusiawi. Allah memahami bahwa setiap manusia bisa melakukan kekhilafan, terutama jika dilakukan tanpa sengaja. Contohnya, seseorang yang terlambat melaksanakan salat subuh karena ketiduran setelah begadang.
Dalam kondisi ini, Allah itu Maha Pemaaf dan belum tentu kesalahan tersebut dicatat sebagai dosa jika dilakukan tanpa sengaja. Allah memaafkan kesalahan hamba-Nya yang lupa atau tidak tahu. Maka apabila kita sadar telah melakukan kesalahan segera mungkin untuk memperbaikinya dengan penuh kesadaran.
- Pengampunan Dosa yang Disengaja
Ada kalanya dosa itu juga dilakukan secara sadar, misalnya seperti menunda salat karena sengaja memilih aktivitas yang lain. Namun, meski kesalahan itu disengaja Allah masih memberi kesempatan bagi hamba-Nya untuk bertaubat.
Allah Maha Pengampun dan menerima taubat hamba-Nya yang sungguh-sungguh bertaubat dan berkomitmen untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut.
- Penghapusan Dosa yang Berulang
Bagi mereka yang sering kali melakukan hal-hal yang mengarah ke dalam perbuatan dosa, Allah tetap membuka pintu ampunan kepada mereka dengan sifat-Nya yang Maha Pengampun. Sebagai contoh dalam kisah Nabi Nuh, umatnya melakukan berbagai dosa secara berulang dan bahkan menentang ajaran Nabi Nuh.
Namun, Allah tetap memberikan kesempatan untuk bertaubat karena rahmat-Nya selalu mendahului kemurkaan-Nya. Dosa yang sudah terakumulasi pun masih bisa dihapus jika ada niat untuk berubah.
- Ampunan Bagi Dosa yang Disertai Kezaliman
Ketika dosa yang dilakukan tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti menghalangi orang untuk beribadah atau mencemarkan nama baik seseorang, dosa ini dianggap lebih berat karena melibatkan unsur kezaliman.
Namun, meski dosa ini termasuk dalam kategori berat Allah masih memberikan kesempatan untuk memohon ampun dan memperbaiki diri sebelum kematian menjemput. Sifat Allah yang Rahman selalu membuka jalan bagi mereka yang mau bertaubat.
- Rahmat Allah Bagi Dosa yang Berlebihan
Dosa yang telah melewati batas seperti mereka yang terjerumus dalam kemaksiatan yang berlebihan, misalnya mencuri, minum minuman keras, hingga berzina juga masih bisa diampuni oleh Allah. Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 53,
قُلۡ يٰعِبَادِىَ الَّذِيۡنَ اَسۡرَفُوۡا عَلٰٓى اَنۡفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُوۡا مِنۡ رَّحۡمَةِ اللّٰهِ ؕ اِنَّ اللّٰهَ يَغۡفِرُ الذُّنُوۡبَ جَمِيۡعًا ؕ اِنَّهٗ هُوَ الۡغَفُوۡرُ الرَّحِيۡمُ
Artinya: Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang”.
Ayat tersebut menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah. Bahkan dosa-dosa yang terlihat tidak bisa diampuni di mata manusia, masih mungkin untuk dihapus jika pelakunya kembali kepada Allah dengan hati yang tulus.
Tak peduli seberapa besar dosa yang telah dilakukan, Allah selalu membuka pintu ampunan-Nya. Rahmat Allah begitu luas mencakup semua hamba-Nya yang mau kembali dan bertaubat. Jangan pernah merasa bahwa dosa kita terlalu besar untuk diampuni. Selama masih ada niat untuk berubah dan mendekatkan diri kepada-Nya, Allah akan menyambut dengan kasih sayang dan ampunan.
Allah dengan jelas menyatakan bahwa “Rahmat-Ku mendahului murka-Ku”. Jadi, jangan pernah ragu untuk memohon ampunan karena sesungguhnya Allah lebih dekat kepada kita daripada yang kita sangka. Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan kesempatan ini untuk bertaubat dan memperbaiki diri agar hidup kita lebih tenang, bahagia, dan penuh berkah. [] Miftahudin
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah