Almuhtada.org – Di era globalisasi ini mari kita sejenak menatap kembali jejak jejak peradaban Islam di masa lalu, ilmu-ilmu yang berkembang di era sekarang adalah implementasi atau inovasi daripada perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dipelajari oleh para cendekiawan muslim yang jenius pada masa kejayaan Islam.
Masa kejayaan Islam, yang berlangsung kira-kira dari abad ke-8 hingga abad ke-14 M, dikenal sebagai Zaman Keemasan Islam.
Pada masa ini, dunia Islam mengalami kemajuan besar dalam berbagai bidang seperti biologi, matematika, kedokteran, filsafat, dan arsitektur. Kota-kota seperti Baghdad, Kairo, dan Cordoba menjadi pusat pengetahuan dan kebudayaan, mirip dengan apa yang terjadi di Alexandria pada masa kuno.
Selama masa kejayaan Islam, banyak cendekiawan yang menerjemahkan dan mempelajari karya-karya ilmuwan Yunani, Romawi, Persia, dan India. Salah satu tempat penting untuk perkembangan ilmu pengetahuan saat itu adalah “Baitul Hikmah” di Baghdad, sebuah lembaga yang bisa dibilang serupa dengan Perpustakaan Alexandria.
Baitul Hikmah, yang didirikan oleh Khalifah Harun al-Rasyid dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Khalifah Al-Ma’mun, adalah pusat penerjemahan, penelitian, dan pengumpulan pengetahuan dari berbagai peradaban.
Di sana, ilmuwan Muslim mengumpulkan, menerjemahkan, dan mengembangkan pengetahuan yang mereka peroleh dari karya-karya kuno, termasuk teks-teks dari Yunani dan Romawi yang dulu mungkin ada di Perpustakaan Alexandria.
Kedua perpustakaan ini, Alexandria dan Baitul Hikmah, menunjukkan pentingnya pusat-pusat pembelajaran dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perpustakaan Alexandria adalah simbol kemajuan intelektual di dunia kuno, sementara Baitul Hikmah menjadi simbol dari semangat keilmuan pada Zaman Keemasan Islam.
Kedua tempat ini menggarisbawahi bagaimana pertukaran pengetahuan antara berbagai budaya dan peradaban sangat penting untuk kemajuan ilmu.
Namun, nasib Perpustakaan Alexandria dan Baitul Hikmah memiliki kesamaan yang tragis. Perpustakaan Alexandria hancur karena peperangan dan konflik, yang menyebabkan hilangnya banyak karya penting.
Sementara itu, Baitul Hikmah juga mengalami kehancuran, terutama setelah serangan bangsa Mongol ke Baghdad pada tahun 1258 M, yang menyebabkan hilangnya banyak manuskrip dan ilmu pengetahuan. Kehilangan ini menunjukkan rapuhnya pengetahuan jika tidak dilestarikan dan dibagikan secara luas.
Baitul Hikmah adalah pusat pembelajaran dan ilmu pengetahuan yang sangat penting di Baghdad pada masa kejayaan Islam. Tempat ini seperti perpustakaan besar dan juga tempat para ilmuwan berkumpul, menerjemahkan, dan mengembangkan pengetahuan dari berbagai peradaban, seperti Yunani, Romawi, dan Persia.
Pada zaman itu, Baitul Hikmah membantu dunia Islam mencapai kemajuan besar dalam bidang sains, matematika, kedokteran, dan banyak lagi. Sayangnya, seperti Perpustakaan Alexandria, Baitul Hikmah juga hancur karena perang, sehingga banyak pengetahuan yang hilang.
Dari sejarah ini, kita bisa belajar betapa pentingnya menjaga dan membagikan ilmu pengetahuan agar bisa terus berkembang dan memberi manfaat bagi banyak orang. [] Nevia Anggriya