Almuhtada.org – Kehidupan selalu mengalir seiring berjalannya waktu. Kadang suka kadang duka. Kehidupan selalu membuat kita berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita.
Kita tidak bisa menghindari hubungan dengan orang lain karena kita adalah makhluk sosial.
Sejak kecil, kita sudah memiliki hubungan dengan keluarga sebagai unit sosial pertama hingga akhirnya terjun ke lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Hubungan dengan orang lain memberikan kita banyak pandangan berbeda tentang apa makna kehidupan, kebahagiaan, cinta dan lain sebagainya.
Sebagai manusia, kita pasti menginginkan kehidupan yang bahagia.
Namun, apa sebenarnya makna kebahagiaan?
Sering kali kita mengartikan kebahagiaan dengan membandingkan kehidupan kita dengan orang lain.
Melihat seorang teman yang berpakaian bagus sedangkan kita hanya punya pakaian sederhana, kita minder untuk berjumpa.
Melihat postingan seseorang yang sedang liburan ke Eropa sedangkan gaji kita masih pas-pasan, kita frustasi.
Melihat orang lain bisa romantis membangun relationship dengan orang yang disayang sedangkan kita masih sendiri, kita galau.
Makna kebahagiaan tidak perkara tentang memiliki, bisa, mendapatkan, dan lain sebagainya.
Makna kebahagiaan ialah ketika kita mampu menghargai dan mensyukuri akan apa yang kita miliki.
Indikator kebahagiaan tidak diukur berdasarkan standar sosial masyarakat.
Indikator kebahagiaan juga tidak perlu mengkiblatka pada kebahagiaan orang lain.
Memaknai kebahagaiaan berarti memaknai ulang apa yang menjadi milik kita sehingga kita menyadari apa yang patut kita syukuri dan pada akhirnya kita bisa meromantisasi apa yang kita miliki tersebut menjadi sebuah kebahagiaan.
Bersyukur adalah hal yang terlihat mudah akan tetapi sering kali kita lupa diri.
Di dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 152, Allah SWT juga telah mengingatkan kepada umatnya agar selalu bersyukut terhadap segala kenikmatan yang telah Ia berikan selama ini.
فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku,”.
Bersyukur dapat menambah rahmat yang Allah berikan kepada kita.
Salah satu cara dalam mewujudkan rasa syukur ialah dengan cara berperilaku sederhana dan menerima apa adanya (qanaah).
Hadis riwayat Thirmizi menyebutkan “Dan jadilah kamu bersikap qanaah maka dengan demikian kamu menjadi manusia yang banyak bersyukur”.
Qanaah dapat dilakukan dengan pola hidup yang sederhana sesuai dengan kemampuan dan keadaan serta tidak berlebihan.
Untuk itu, ketika kita melihat orang lain dengan kebahagiaannya, kita jangan merasa sedih.
Akan tetapi kita bisa meningkatkan upaya kita dalam mencapai suatu tujuan yang baik, misalnya ingin bekerja dan mendapat gaji yang besar supaya bisa menabung untuk menaik hajikan orang tua.
Sebelum itu, janganlah berputus asa!
Qanaah, bersyukur, sabar, dan teruslah berupaya! [] Nihayatur Rif’ah
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah