Adzan Terakhir Bilal bin Rabah dan Kesedihannya

adzan Bilal bin Rabah
Gambar ilustrasi adzan Bilal bin Rabah (Pinterest - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Adzan adalah panggilan suci yang mengajak umat Islam untuk menjalankan ibadah. Mengenai adzan, pasti umat Islam teringat akan kisah Bilal bin Rabah.

Bilal bin Rabah adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal karena adzannya. Bilal bin Rabah adalah seorang lelaki berkulit hitam, kurus, tinggi jangkung, berambut lebat, dan bercambang tipis. Ia merupakan seorang budak dari Habasyah milik beberapa orang dari Bani Jumah di Mekah.

Terkait dengan keutamaan yang dimiliki Bilal r.a., diriwayatkan oleh Muslim bahwa suatu ketika Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Iya, orang itu adalah Bilal, pemuka para muadzin dan tidaklah mengikutinya kecuali para muadzin. Para muadzin adalah orang-orang yang panjang lehernya pada Hari Kiamat.”

Bilal bin Rabah sering mendengar Umayah membicarakan Rasulullah SAW, hingga mengeluarkan kata-kata buruk yang penuh kebencian.

Melalui pembicaraan mereka yang keras penuh kecaman itu, Bilal bin Rabah menangkap pengakuan mereka akan kemuliaan, kejujuran, dan amanah yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW.

Hal tersebut menjadikan Bilal bin Rabah sangat bertekat untuk bertemu dengan rasulullah dan bersegera untuk memeluk islam.

Kabar tentang keislaman Bilal sampai kepada majikannya dari Bani Jumah, yang merasa bahwa keislaman Bilal merendahkan kehormatan mereka semua.

Mereka menyiksa Bilal dengan meletakkannya telanjang di atas bara api agar ia meninggalkan agamanya. Namun, Bilal menolak keluar dari Islam dan tetap teguh menerima berbagai siksaan.

Baca Juga:  Menyikapi Perasaan Cinta yang Hadir melalui Kisah Cinta dalam Diam Fatimah dan Ali

Bilal bin Rabah mengalami siksaan yang kejam setiap hari, hingga beberapa algojo merasa kasihan padanya. Akhirnya, Bilal dilepaskan dengan syarat agar ia menyebut nama-nama Tuhan mereka dengan sebutan yang baik.

Namun, Bilal tetap menolak untuk melakukannya. Alih-alih itu, Bilal menggantinya dengan senandung abadi yang diulanginya, “Ahad… Ahad…”.

Ketidakmauan Bilal untuk menyebut Tuhan mereka menyebabkan Bilal mendapatkan siksaan yang tiada henti. Saat Bilal sedang disiksa, Abu Bakar Ash-Shiddiq datang dan menawarkan harga untuk membebaskan Bilal. Setelah kesepakatan dicapai, Bilal dijual kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq dan segera dibebaskan olehnya.

Abu Bakar kemudian membawa Bilal untuk bertemu dengan Rasulullah SAW sambil memberitahukan kabar gembira tentang kemerdekaan Bilal.

Adzan Terakhir Bilal bin Rabah

Beberapa waktu setelah itu, Rasulullah SAW wafat, dan kepemimpinan umat Islam dipegang oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq. Bilal bin Rabah kemudian datang kepada Abu Bakar Ash-Shidiq dengan air mata mengalir, “Sungguh, aku tidak akan lagi mengumandangkan adzan untuk siapa pun setelah Rasulullah.”

Bilal bin Rabah bertekad untuk berjuang di jalan Islam. Suaranya yang merdu, lembut, dan menyentuh itu tidak lagi terdengar mengumandangkan adzan seperti biasanya. Ketika ia mengucap kalimat “Asyhadu anna Muhammadarrasulullah”, ia pun akan sedih karena teringat kepada Rasulullah SAW.

Adzan terakhir yang ia lantunkan adalah ketika Amirul Mukminin Umar berkunjung ke Syam. Saat itu, kaum Muslimin meminta Umar untuk membujuk Bilal agar mau mengumandangkan adzan bagi mereka.

Baca Juga:  Inilah Biografi Singkat Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Penulis Kitab Sirah Nabawiyah

Amirul Mukminin Umar memanggil Bilal ketika waktu salat tiba, berharap agar Bilal mau mengumandangkan adzan

. Akhirnya, Bilal bin Rabah naik ke menara dan mengumandangkan adzan. Para sahabat dan orang-orang yang mendengar suara adzan Bilal pun menangis, dan Umar adalah orang yang paling keras menangis di antara mereka. [] Eri Marsa

Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah

Related Posts

Latest Post