Almuhtada.org – Menurut catatan sejarah, Tarekat Syattariyah adalah sebuah kelompok keagamaan yang pertama kali muncul di India pada abad ke-15 Masehi. Nama tarekat ini berasal dari pendirinya, yaitu Abdullah Asy-Syattar.
Fokus utama tarekat ini adalah untuk meningkatkan kesadaran spiritual manusia dalam beribadah kepada Allah. Untuk mencapai kesadaran tersebut, manusia perlu melaksanakan berbagai jenis zikir yang telah ditetapkan dalam ajaran Tarekat Syattariyah.
Pengaruh Tarekat Syattariyah ini sangat signifikan dalam dunia Islam, termasuk di Indonesia. Menurut penelitian Aan Marie Scimmel, yang dianggap sangat berwibawa dalam studi tentang sufisme, setelah mempelajari penafsiran sufistik Abdurrauf dalam karyanya bernama Daqaid al-huruf.
Scimmel menyimpulkan, seperti yang dikutip oleh Azyumardi Azra, bahwa Abdurrauf memiliki pemahaman yang sangat mendalam dalam menafsirkan konsep wahdatulwujud dalam kerangka syariah. Oleh karena itu, mungkin tepat jika Tarekat Syattariyah Sufiyah kemudian disebut sebagai wahdatusysyuhud.
Tarekat Syattariyah pertama kali diperkenalkan oleh Abdullah Syathar, yang kemudian meluas di Mekkah dan Madinah di bawah bimbingan Syeikh Ahmad Al-Qusyasyi dan Syeikh Ibrahim Al-Kurani.
Ilmu tarekat dari kedua ulama ini kemudian diwariskan oleh Syeikh Abdurrauf As-Singkili ke wilayah Nusantara. Setelah Abdurrauf, menurut catatan sejarah, tarekat ini dikembangkan lebih lanjut oleh muridnya, yaitu Syeikh Burhanuddin dari daerah Minangkabau.
Menurut sejumlah catatan sejarah, setelah syeikh Burhanuddin menyebarkan tarekat Syattarirah, pengembangannya didasarkan pada empat kategori yang berbeda. Pertama, tarekat ini dikembangkan berdasarkan silsilah yang diwarisi dari Imam Maulana.
Kedua, berkembang berdasarkan silsilah yang disusun oleh Tuan Kuning Syahril Lutan di Tanjung Medan Ulakan.
Ketiga, berkembang berdasarkan silsilah yang diterima oleh Tuanku Ali Bakhri di Sikabu Ulakan. Keempat, berkembang berdasarkan silsilah yang disusun oleh Tuanku Kuning Zubir yang dicatat dalam kitabnya yang berjudul “Syifa’ al-Qulub”.
Prinsip dasar yang diajarkan dalam tarekat ini adalah melalui praktik zikir untuk menghidupkan kesadaran spiritual manusia kepada Allah SWT. Namun, dalam tarekat ini, zikir tidak harus menyebabkan hilangnya kesadaran diri (fana’).
Ini karena tarekat ini meyakini bahwa jalan menuju Allah dapat ditempuh dalam setiap hembusan napas makhluk. Jalan yang paling utama menurut tarekat ini adalah yang diikuti oleh kaum akhyar, abrar, dan syattar.
Seseorang yang mengamalkan tarekat ini dianggap belum mencapai kesempurnaan jika belum mencapai tingkat syattar. Untuk mencapai tingkat ini, seseorang harus melewati tingkat akhyar (orang-orang terpilih) dan abrar (orang-orang terbaik), serta menguasai rahasia-rahasia zikir melalui praktik taubat, zuhud, tawakkal, qanaah, uzlah, muraqabah, sabar, ridha, zikir, dan musyahadah sesuai dengan ketentuan tarekat. [] Deya Sofia
Editor : Moh. Aminudin