ALmuhtada.org – Sudah tidak asing lagi ditelinga kita dengan istilah hemat dan pelit. Hemat merupakan sikap seseorang dengan menggunakan atau mengeluarkan secukupnya barang apapun yang dimilikinya.
Sedangkan pelit ialah sikap enggan mengeluarkan atau bahkan tidak mau memberi sesuatu terhadap diri sendiri maupun orang lain, baik berupa barang ataupun uang.
Mengenai sikap hemat atau tidak melakukan pemborosan dalam Al-Qur’an dijelaskan;
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ
Artinya: “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Qs. Al-Ar’af: 31)
Ayat diatas menjelaskan bahwasanya dalam menggunakan atau mengonsumsi apapun jangan sampai berlebihan, harus dengan kadar kecukupan yang dibutuhkan untuk diri sendiri.
Sifat pelit merupakan sifat yang tidak baik, karena merugikan banyak pihak baik itu merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Dalam hadits dijelaskan;
“Jauhilah sifat pelit, karena sesungguhnya yang membinasakan orang sebelum kalian adalah sifat pelit. Mereka diperintahkan untuk bersifat bakhil (pelit) maka merekapun bersifat bakhil, mereka diperintahkan untuk memutuskan hubungan kekerabatan maka merekapun memutuskan hubungan kekerabatan, dan mereka diperintahkan untuk berbuat dosa maka mereka berbuat dosa.” (HR Abu Dawud)
Perlu diketahui bahwa hemat dan pelit itu beda tipis, kadang seseorang bisa tertukar dalam penerapannya. Bahkan, seseorang yang niat awalnya untuk hemat dalam mengeluarkan biaya namun ternyata berujung pelit bagi diri sendiri.
Contohnya ketika seseorang sedang meghemat uang bulanan yang diberi oleh orang tuanya untuk membeli sesuatu yang ia butuhkan, namun ia tidak memberi asupan seharian untuk perutnya sendiri, sehingga menyebabkan sakit maag.
Hal tersebut tentunya menyiksa diri sendiri. Jika diberi nikmat kenapa tidak digunakan? seharusnya, seseorang tersebut tetap memberi asupan untuk dirinya sendiri jangan sampai memaksa untuk tidak makan dengan dalih hemat namun diri sendiri tersiksa.
Hal yang begitu bukan lagi dikatakan hemat melainkan pelit, pelit bagi diri sendiri. Hemat boleh tapi jangan memaksakan pelit untuk diri sendiri.
Nah, maka dari itu kita harus bisa membedakan mana pelit mana hemat jangan sampai penggunan hemat malah jadinya pelit kan berabeh. [] Nayla Syarifa
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah