Bekerja di Dunia, Endingnya untuk Akhirat

Amalan Dunia untuk Akhirat
Gambar Ilustrasi Amalan Dunia untuk Akhirat (Freepik.com - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Setiap manusia memiliki fase kehidupannya masing-masing. Ada yang belum sempat melihat dunia, tapi Allah takdirkan untuk kembali, ada juga yang masih usia belia tapi ternyata Allah cukupkah umurnya, ada yang sedang menikmati puncak kejayaan karir tapi ternyata malaikat maut datang menjemputnya, bahkan ada yang sampai usia senja tak kunjung dipertemukan dengan ajal.

Sejatinya apapun skenario kehidupan setiap manusia endingnya akan sama, yakni kematian. Bicara soal kematian, temen-temen pernah berfikir nggak sih apa gunanya kita berusaha sekuat tenaga, bekerja keras untuk meraih apa yang kita cita-citakan jika bayang-bayang kematian selalu menghantui kita?

Mirisnya, apa yang kita usahakan juga belum tentu tercapai jika ajal ternyata datang sebelum tujuan atau cita-cita kita terwujud. Eits… tunggu dulu, tidak selamanya pekerjaan yang sifatnya duniawi tak dapat membuahkan kebermanfaatan bagi kehidupan ukhrowi.

Sahabat Rasulullah yang sangat kaya yakni Abdurrahman Bin Auf adalah sosok pekerja keras. Sebelum beliau ikut hijrah bersama Rasulullah dan sahabat lainnya, Abdurrahman Bin Auf sudah dikenal sebagai orang kaya dan memiliki etos kerja yang tinggi.

Saat Rasulullah beserta sahabatnya hijrah ke Madinah, di sana beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar, kebetulan Abdurrahman Bin Auf dipersaudarakan dengan Sa’ad yang mana Sa’ad ini adalah orang yang paling kaya di kalangan kaum Anshar.

Baca Juga:  Beginilah Makna Kehidupan Akhitat yang Perlu Kamu Tahu

Sa’ad tidak saja dengan senang hati menerima Abdurrahman yang sudah jatuh miskin sebagai saudaranya, tetapi juga menawarkan separuh hartanya, bahkan rela andaikan ia harus menceraikan salah satu istrinya untuk Abdurrahman.

Namun, karena Abdurrahman memiliki sifat pekerja keras yang ulet dan memiliki pemikiran optimis, beliau menolak tawaran tersebut dan memilih untuk bekerja sendiri, bukan karena sombong, tapi karena beliau ingin hidup mandiri dari hasil jerih payah sendiri.

Wahai sahabatku, dari kisah Abdurrahman Bin Auf mengajarkan kita sikap optimis dan pekerja keras, walaupun secara kasat mata adalah pekerjaan yang sifatnya duniawi, tetapi ketika kita niatkan untuk ladang ibadah maka Insyaallah akan berbuah pahala di sisi Allah.

Amalan seperti shodaqoh, membantu saudara miskin, dan membangun fasilitas sosial merupakan investasi untuk  kehidupan akhirat. Temen-temen mungkin sudah tidak asing dengan hadist yang berbunyi, dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Artinya: “Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya.” (HR Muslim No. 1631).

Sejatinya tidak ada yang sia-sia di dunia ini jika kita melandasinya dengan tujuan untuk investasi akhirat, seperti Sahabat Abdurrahman Bin Auf, sosok pekerja keras dan sukses menjadi pebisnis yang mana kekayaannya sebagian besar dipersembahkan untuk kepentingan kaum muslimin.

Baca Juga:  Umat Muslim Minimal Hafalkan 5 Surah Ini Sebelum Meninggal!

So, jangan jadikan bayang-bayang kematian menjadi penghalang untuk bekerja dan berusaha menggapai impian di dunia. [] Hanum Salsabila

Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah

Related Posts

Latest Post