Almuhtada.org – Lebah adalah makhluk Allah yang unik. Hewan yang banyak memberi manfaat dan kenikmatan bagi manusia. Allah membuat perumpamaan seperti semut dan lebah pasti memiliki maksud dan tujuan tertentu.
Salah satu binatang yang dituliskan dalam Alquran adalah lebah. Penjelasannya tercantum dalam surah An-Nahl. Dari surah tersebut, kita dapat mencontoh gaya hidup yang dipraktikkan oleh lebah.
Salah satu hal yang layak ditiru dari lebah adalah kekompakannya dalam mencapai sebuah tujuan. Misalnya, ketika mereka membuat sarang, mereka akan mengerjakan tugasnya dengan gigih dan bersungguh sungguh.
Masing-masing lebah memiliki peran-peran penting dalam membuat sarang. Lebah memang insekta sosial yang senantiasa hidup gotong royong dan saling ketergantungan.
Kemudian, Lebah selalu mengonsumsi makanan yang baik dan menghasilkan yang baik pula, dalam konteks ini adalah bunga-bunga yang segar dan tidak dalam kondisi layu.
Lebah juga menerapkan konsep simbiosis mutualisme, yang dimana dari lebah maupun bunga sama-sama memiliki keuntungan yaitu ketika mengisap nektar bunga, lebah juga akan membawa serbuk sari bunga tersebut kepada bunga lain yang dihinggapinya.
Dengan demikian, lebah tak hanya mengambil, tapi juga memberikan kehidupan untuk bunga lainnya. Dari proses tersebut lebah akhirnya dapat menghasilkan madu.
Manusia juga sudah sepatutnya bisa mengambil contoh dari lebah ketika mencari dan mengonsumsi makanan. Yakni makanan yang baik dan didapatkan dengan cara yang baik pula.
Dalam konteks ini tidak bertentangan dengan hukum Allah SWT. Sebab Allah SWT telah berfirman tentang hal tersebut.
Misalnya dalam surah Al-Baqarah ayat 168 yang berbunyi, “Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagimu.”
Selain itu, Rasulullah SAW juga pernah bersabda bahwa perumpamaan yang tepat untuk merepresentasikan orang beriman adalah lebah.
“Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya).” (HR. Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar). [] Eri Marsa
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah