Optimalisasi Penanganan Banjir dan Kemarau dengan Tobat (Tampon Bawah Tanah)

Oleh: Rosalia Indah

Indonesia merupakan negara yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan daerah laut lebih luas dibandingkan dengan daerah daratnya, hal ini menyebabkan curah hujan di Indonesia menjadi tinggi. Tidak jarang saat musim penghujan tiba beberapa daerah di Indonesia mengalami kebanjiran. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah berkurangnya daerah resapan air yang diakibatkan oleh penggundulan hutan guna dijadikan tempat tinggal manusia. Bahkan sekarang di pulau pulau Jawa hutan-hutan mulai hilang tergantikan oleh perumahan yang padat penduduk. Hutan yang tadinya berfungsi untuk menyerap air kini tergantikan fungsinya, air tidak bisa terserap ke dalam tanah sehingga air langsung mengalir tanpa terserap terlebih dahulu dampaknya daerah dataran rendah akan terkena banjir.

Karena berkurangnya daerah resapan air saat musim kemarau tiba beberapa daerah akan kekurangan air karena tidak adanya cadangan air di dalam tanah padahal seperti yang kita ketahui air merupakan sumber kehidupan. semua makhluk hidup membutuhkan air Kita sebagai manusia sungguh sangat tergantung terhadap air tanpa air kita akan mati karena kehilangan cairan di dalam tubuh begitu pula tumbuhan jika tidak ada air yang terkandung di dalam tanah maka tanah akan menjadi gersang sehingga tumbuhan yang tumbuh diatas tanah gersang tersebut akan layu lalu mati.

Baca Juga:  Bijak Bersosial Media di Masa Kampanye Pemilu, Hindari Hoax dan Fitnah

Pemerintah sudah mengupayakan reboisasi dan pembersihan Sungai guna mengatasi musibah kemarau dan banjir namun masalah banjir dan kemarau tidak kunjung terurai perlu cara-cara lain guna menyelesaikan masalah selain dengan program reboisasi dan pembersihan sungai oleh karena permasalahan tersebut muncullah ide untuk membuat tampon bawah tanah. Dengan dibuatnya tampon bawah tanah diharapkan saat musim penghujan air hujan dapat tertampung dalam tampon sehingga tidak langsung mengalir menuju dataran yang lebih rendah sehingga dapat mengurangi resiko banjir. Selain mengurangi resiko banjir tampan juga dapat digunakan sebagai cadangan air saat musim kemarau sehingga mampu mengurangi resiko kekeringan di saat kemarau panjang.

Rosalia Indah merupakan Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa FBS Universitas Negeri Semarang

Related Posts

Latest Post