Tumbuhnya Tunas Muda Di Tanah Terbelakang

Oleh: Sudarto

Hari ini bertetapan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 73. Walaupun dalam suasana tujuh belasan namun di Desa Nginggil  Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora hanya terdapat sedikit atribut merah putih yang menggambarkan suasana Kemerdekaan Indonesia.

Pagi itu Karno salah satu murid dari 12 murid di kelas 3 SD N Nginggil terlihat dengan semangat membantu ibunya membawakan barang belanjaan ke pasar dekat rumahnya. Setelah selesai membawakan  barang belanjaan tersebut ia lalu meminta izin kepada ibunya untuk mengikuti upacara peringatan ulang tahun kemerdekaan Indonesia di halaman sekolahnya.

Karno              : “bu saya minta izin mau ikut upacara dulu ya bu!”

Ibu                   :”oh.. iya le,hati-hati di jalan.”

Karno              :”iya bu. Assalamu’alaikum.”

Ibu                   :”wa’alaikum salam”

Kaki kecil Karno mulai menapaki jalan kecil menuju sekolahnya. Jarak sekolahnya dengan rumah Karno cukup jauh bagi seorang anak kecil yang berusia 10 tahun yaitu sekitar 2 km lebih. Setelah 10 menit berjalan sendirian  ia berpapasan dengan teman sekelasnya yang bernama Abdurrahman yang juga baru selesai bersiap-siap pergi sekoalah.

Karno              :”assalamu’alaikum Rahman”

Abdurrahman :”wa’alaikum salam. Hei Karno ayo berangkat sekolah sama-sama”

Karno              :”oh iya, ayo jalan”

Mereka berdua pun jalan bersama. Sepanjang perjalan terlihat pemandangan yang indah, banyak pepohonan ynag masih rindang ,ada juga sungai sungai kecil di pinggiran sawah dan juga banyak suara burung yang terdengar. Disamping semua pemandangan indah itu ternyata ada juga pemandangan yang membuat hati terasa teriris. Selain jarak sekolah yang sangat jauh, keadaan jalan setapak yang sudah rusak membuat siapapun yang memiliki hati pasti akan menangi, bagaimana tidak kedua anak kecil ini setiap harinya harus bejalan naik turun bukit ,melewati jalanan yang terjal belum lagi bahaya dari binatatang liar seperti ular yang siap menghampiri. Tetapi itu semua harus mereka hadapi untuk cita-cita besar mereka untuk masa depan kelak.

Matahari mulai terasa terik dan benar saja mereka sampai di lapangan samping sekolahnya pada pukul 7 lebih 15 menit. Siswa lain telah datang lebih dulu karena memang jarak rumah mereka lebih dekat dibandingkan Karno dan Abdurrahman. Guru di sekolah tersebut pun sudah terbiasa dan memaklumi dengan kebiasaan terlambat mereka berdua yang hamir setiap hari terlambat.

Karno              :”Assalamualaikum Pak Budi”

Abdurrahman : ”Assalamualaikum Pak Budi”

Pak Budi           :” waalaikum salam, ohh kalian berdua lagi ayo cepet langsung saja masuk saja dalam barisan.:

Karno : iya pak terima kasih.”

Abdurrahman :”terima kasih pak.”

Pak Budi maklum kepada mereka Karena mereka mengetahui masalah yang dihadapi kedua murid tersebut. Sebenarnya guru tersebut kasihan dengan mereka berdua. Salah seorang guru pernah menawarkan kepada mereka berdua untuk tinggal di rumahnya agar dapat datang sekolah tepat waktu. Namun karena mereka menolaknya  guru tersebut tidak dapat berbuat banyak. Mereka berdua Karno dan Abdurrahman dengan polosnya menjawab bahwa mereka ingin membantu ibu di rumah untuk menjaga adik-adik mereka. Karena memang dikesibukan orang tua mereka tidak ada yang menjaga adik-adik nereka di rumah. Disamping itu juga karena si Karno merupakan anak yatim.

Baca Juga:  Anfa Raih Juara 1 MTQ di FMIPA Unnes

Setelah 30 menit lebih upacara akhirnya selesai, para siswa pun setelah itu pulang ke rumah mereka sendiri kecuali Karno dan Abdurrahman. Mereka berdua setelah upacara berencana utuk pergi desa sebelah untuk melihat karnaval yang setiap tahun pasti di     adakan. Jarak desa mereka dengan desa tersebut sangatlah jauh yaitu lebih dari 10 km, mereka pun langsung berangkat tanpa berkata-kata lagi. Setelah 15 menit perjalanan mereka berpapasan dengan salah seorang guru mereka yang bernama pak Eko yang tengah mengendari motor.

Pak eko           : “hei kalian berdua mau kemana pergi jauh sampai jalan ini?”

Karno             : “kami mau melihat karnaval pak.”

Abdurrahman :” iya pak betul.”

Pak eko           :”jangan jaraknya masih jauh, nanti kalian malah capek.”

Abdurrahman :”tidak pak kami sudah biasa jalan jauh kok.”

Pak eko             :”ya sudah kalau kalian bersikeras tetap ingin pergi, ayo sekalian bareng bapak, bapak juga ingin ke sana.”

Karno             :” terima kasih pak tawarannya”

Abdurrahman  :”terima kasih banyak pak.”

Mereka pun berangkat boncengan tiga orang. Pak eko yang menyetir dan mereka berdua duduk di belakang.

Jalanan dari Desa Nginggil menuju desa terdekat sekitar 20 menit menggunakan sepeda motor. Namun akan lebih lama juka pada musim penghujan hal itu dikarenakan kondisi jalanan yang rusak parah. Mereka akhirnya sampai di Desa Mendenrejo tepatnya di Kantor Kecamatan Kradenan. Di desa ini kondisinya jauh lebih baik dari pada desa mereka. Fasilitas di desa sini sudah cukup lengkap karena memang desa mendenrejo merupakan desa utama penyambung desa-desa lainnya di kecamapatn kradenan, maka dari itu kantor kecamatannya bertempat di situ.

Karno dan Abdurrahman setelah turun dari motor langsung pergi ingin melihat berbgai atraksi yang telah ada lalu mereka meminta izin kepada Pak Eko untuk segera melihat karnaval.

Karno             :”Pak Eko kami mau minta izin mau nonton itu ya?”

Pak Eko           :”iya boleh, kan memang itu tujuan kalian kesini. Tapi ingat nanti jam 12 kita balik pulang ke rumah takutnya nanti kalian di cariin orang tua kalian.”

Abdurrahman :”iya pak siap.”

Baca Juga:  Pesantren Riset Al-Muhtada Adakan Webinar Hari Santri Nasional

Karno              :” siap pak.”

Pak Eko          :” memang kalian tadi sudah minta izin pada orang tua kalian mau nonton karnaval?”

Karno              :”belum pak.”

Abdurrahman :”belum.”

Pak Eko             :”woo  kalian ini nakal ya. Ya sudah jangan diulangi lagi. Bapak mau menyelesaikan urusan bapak di sini dulu nanti kalian kalau sudah selesai langung balik ke sini!”

Karno             :”hehe maaf pak. Assalamualaikum.”

Abdurrahman  :”assalamualaikum.”

Pak Eko           :”waalaikum salam”

Mereka pun mulai memilih tempat yang paling nyaman untuk melihat. Mereka berdua duduk di samping pohon pinggir jalan yang ada di depan kantor kecamatan, dari sana mereka melihat banyak atraksi dari setiap desa yang ada di kecamatan kradenan. Dari sepuluh desa yang hadir hanya satu desa yang tidak  mengikuti karnaval tersebut yaitu desa mereka. Mereka bertanya-tanya kenapa desa mereka tidak ikut dalam acara tersebut.

Karno             :”hey Rahman kenapa desa kita tidak ikut yaa?”

Abdurrahman :” entah aku tidak tahu.”

Karno             :” ayo nanti pas pulang kita Tanya sama pak eko.”

Abdurrahman :”iya nanti kita Tanya.”

Jam pun hampir menunjukan pukul 12, mereka pun kembali ke tempat tadi. Pak Eko sudah menunggu mereka.

Pak Eko           :”ayo kalian berdua cepat sudah hamper jam 12. Nanti orang tua kalian cemas.”

Karno             :”iya pak maaf kalau bapak menunggu lama.”

Pak Eko           :” iya tidak apa apa, ayo naik.”

Mereka kembali ke desa meraka. Selama perjalanan Karno ingin menanyakan pertanyaan mereka berdua pada waktu karnaval tadi. Akhirnya dia berani menanyakannya.

Karno              :”Pak Eko, saya mau nanya.”

Pak Eko           :” iya apa Karno.?”

Karno                :”pak tadi waktu lihat karnaval kenapa nama desa kita tidak ada pak?”

Abdurrahman  :”iya pak kenapa tidak ada?”

Pak Eko           :”oh itu.. Kalian tau sendiri kan kondisi desa kita bagaiman. Kita serba dalam kekurangan dari fasilitas jalan desa saja kita msih dalam keadaan yang cukup parah. Bukan cuma itu saja banyak fasilitas umum yang mesti mendapat perhatian khusus seperti fasilitas kesehatan, dan lain-lain.”

Karno             :”pak apa yang menjadi penyebab itu semua pak?

Pak Eko           :”kurangnya perhatian dari pemerintah daerah kepada daerah tertinggal seperti kita karno. Selain itu bannyak isu yang mengatakan kalau dana dari pusat bbanyak  yang telah dikorupsi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Jadinya dana yang diterima oleh desa menjadi sangat sedikit, tapi itu hannya isu bapak juga tidak tahu juga.”

Abdurrahman :” berarti para pejabat itu jahat ya pak?”

Pak Eko           :” Bapak juga tidak tau Rahman. Maka dari itu kalian berdua harus bersungguh dalam belajar, sekolah lah setinggi-tingginya agar kalian dapat merubah nasib desa kita ini.”

Baca Juga:  Kematian: Sebuah Perjalanan yang Tak Terhindarkan

Karno                :”baik pak saya akan belajar sungguh-sungguh dan merubah desa kita ini. Ayo Rahman kamu juga harus ikut.!”

Abdurrahman  :” ayo. Kita harus dapat merubah desa kita ini.”

Pak Eko           :”bapak akan berdoa untuk kesuksesan kalian. Dan bapak menanti karya besar kalian untuk desa kita.”

Setelah beberapa menit mereka pun akhirnya sampai di desa . setelah berpamitan mereka berdua pulang bersama dan berpisah setelah sampai di rumah abdurrahma.

Karno             :”aku langsung pulang ya Man.”

Abdurrahman :”iya, tapi kamu tidak mau mampir dulu sebentar?”

Karno             :”tidak usah, nanti ibuku khawatir.”

Abdurrahman  :”o iya sudah kalau tidak  mau, hati-hati dijalan.”

Karno             :”maaf ya Man. Assalamualaikum.”

Abdurrahman :”waalaikum salam.”

Setelah berpamitan Karno mulai berjalan pulang menyusuri jalan terjal seperti pagi tadi. Sebelum sampai  jam 1 Karno pun sudah sampai di rumah. Di rumah ia sudah ditunggu oleh ibunya yang khawatir karena ia pulang terlambat.

Ibu       :”akhirnya kau pulang le, kamu kemana saja jam segini baru pulang?”

Karno  :”aku tadi habis lihat karnaval buk.”

Ibu       :”kamu kok bisa sampai kesitu le?”

Karno :”tadi bertiga aku, Abdurrahman dan Pak Eko bu.”

Ibu       :”ohh diajak Pak Eko.”

Karno :”nggak bu, tadi sebenernya aku sama Abdurrahman mau jalan sendiri tadi dijalan kami berpapasan dengan Pak Eko bu, terrus Pak Eko nawarin kita buat boncengan.”

Ibu       :”kamu itu lho. Jangan diulangi lagib ya le. Missal kalau pergi jauh bilang dulu sama ibu. Biar ibu tidak khawatir.”

Karno  :”iya bu maaf.”

Ibu       :”iya le ibu maafkan lain kali jangan diulang lagi ya.”

Karno :”iya bu.”

Ibu       :”ayo kamu langsung sholat dzuhur sekarang nanti kalau lupa! “

Karno :”iya bu,”

Malam harinya sebelum tidur Karno mengungkapkan pengalamannya melihat karnaval dan mengungkapkan keinginan besarnya untuk desanya.

Karno  :”bu, aku ingin sekolah sampai setinggi-tingginya agar dapat mengubah desa kita ini menjadi lebih baik bu.”

Ibu                   :”itu sulit lho le. Benar kamu ingin tetap malakukannya?”

Karno              :” masih bu, aku ingin di desa kita bisa mengikuti karnaval seperti desa lainnya dan mempunyai fasilitas umum yang sama seperti desa-desa lainnya.”

Ibu                   :”tujuanmu mulia sekali le. Doa ibu selalu bersamamu.”

Karno             :”terima kasih bu. Aku pasti bisa .”

Ibu                   :”iya le kamu pasti bisa.”

 

TAMAT

Penulis merupakan Santri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Semarang

 

Related Posts

Latest Post