Semarang, Pesantren Riset Al-Muhtada mengadakan kegiatan Guest Lecture sebagai bagian dari program rutin pesantren. Kali ini Dr. Imam Baehaqie, M.Hum. yang diundang untuk mengisi program Guest Lecturer pada hari Jumat, 14 September 2018. Imam Baehaqie adalah Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang. Ia membahas tentang “Menjadi Jurnalis Dakwah”.
Imam Baehaqie yang memang telah menekuni jurnalis dakwah mengatakan bahwa dakwah dan jurnalistik mempunyai hubungan. Hubungan tersebut terletak pada substansi pengertian dari dakwah. Dakwah dapat dimaknai sebagai mengajak atau menyeru. Mengajak masyarakat untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya tentu membutuhkan media. Salah satu media untuk berdakwah di era milenial ini adalah dengan sosial media. Sosial media merupakan interaksi antar masyarakat yang mempunyai jaringan sampai ke penjuru dunia. Tulisan-tulisan yang ditulis di sosial media lebih cepat tersebar dibandingan dengan media-media lainnya.
Imam Baehaqie mengemukakan bahwa sosial media yang perkembangannya begitu pesat dapat dijadikan sebagai media untuk berdakwah. Masyarakat bisa menulis atau menjadi seperti jurnalis untuk mengajak yang lain melaksanakan kebaikan dan menajuhkan keburukan. Pemanfaatan media sosial dengan cara seperti itu lebih baik jika dibandingkan dengan memanfaatkan media masa hanya sebagai sarana untuk mengekspos diri melalui upload foto pribadi, story curahan hati, debat kusir dan hal lain yang tidak bermanfaat.
Imam Baehaqie, yang merupakan mantan aktifis intra dan ekstra kampus, berpesan kepada para mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada untuk memulai berdakwah menggunakan sosial media. Mahasantri harus mulai menulis dari sekarang dengan tulisan-tulisan yang mengajak kepada kebaikan, Mahasantri juga dapat menjadi jurnalis dakwah dengan melaporkan berita-berita kebaikan dengan tujuan untuk mengajak orang lain berbuat baik.
Kegiatan Guest Lecture tersebut berlangsung dengan hangat. Mahasantri sangat antusias menyimak penyampaian materi dari Imam Baehaqie. Diakhir diskusi, pemateri memberikan waktu untuk tanya jawab dari mahasantri kepada pemateri. Wihda salah satu mahasantri bertanya terkait dengan kiat-kiat agar konsiten di bidang jurnalistik. Imam Baehaqie menjawab dengan segudang pengalaman beliau dibidang jurnalistik dan kepenulisan.
Imam Baehaqie bercerita bahwa dirinya memulai menyukai jurnalistik saat beliau menjadi anggota BP2M yang merupakan lembaga pers mahasiswa Universitas Negeri Semarang. Beliau bahkan berhasil menduduki sebagai redaktur pelaksana sampai dengan ketua umum. Selain menjadi aktifis intra kampus, beliau juga aktif di HMI dan bahkan sampai menjadi Ketua HMI Cabang Semarang. Aktifitas beliau dikampus justru tidak menghambat kerajinan beliua dalam menulis. Tulisan beliau justru sering terbit di media massa ketika menjadi mahasiswa. Poinnya adalah walaupun dalam kesibukan diorganiasi tetapi tetap bisa menulis. Karena menjadi jurnalis atau menjadi penulis dibutuhkan niat, semangat dan rajin. Jadi yang paling utama adalah niat dan semangat serta rajin. Jika niat, semangat, dan rajin telah didapat maka menjadi jurnalis atau menjadi penulis akan terasa mudah dan tetap berkelanjutan.
Imam Baehaqie yang menyelesikan studi Doktor di Universitas Gajah Mada juga berpesan kepada mahasantri untuk memilih menjadi jurnalis atau penulis. Pertama, menulis merupakan salah satu bentuk wirausaha. Menjadi penulis tidak harus memiliki Indek Pestasi (IP) tinggi, ijazah, apalagi modal uang. Kedua, penulis banyak jasanya pada dunia, pada pencerahan umat dan pada pencerdasan bangsa. Ketiga, dengan menjadi menulis, seorang menjadi teliti dan dengan menulis munculah harapan seperti harapan hidup menjadi tenang dan bersemangat. Kegiatan Guest Lecture yang berlangsung di Asrama Putra Pesantren Riset Al-Muhtada selesai pada pukul 19.45 WIB. Indah salah satu mahasantri menyatakan Guest Lecturer sangat memotivasi. “Pematerinya sangat inspiratif serta menyenangkan sih, menurut saya” ujar Indah.
Penulis: Wihda Ikvina Anfaul Umat
Editor: Ayon Diniyanto